Melangkah
adalah kegiatan yang manusia lakukan tanpa berpikir. Maksudnya, kita tidak
memikirkan setiap langkah yang kita ambil ketika berjalan ke suatu tempat. Kita
tidak menghitung berapa banyak langkah yang harus diambil untuk sampai ke
dapur, atau kulkas. Itu tidak kita lakukan lagi ketika kita beranjak dewasa.
Aku ingat
waktu kecil suka menghitung berapa petak ubun yang aku lewati, sambil berjalan
hati-hati agar tidak menginjak bagian sambungannya. Aku berjingkrak-jingkrak
seperti seorang petualang yang melompati sungai yang penuh buaya.
Ada lagi
ketika berjalan pulang sekolah, aku sebisa mungkin mencoba hanya menginjak
jalan yang dinaungi bayangan pohon, seakan-akan hanya itu tanah aman yang bisa
dibuat berpijak. Jadi sepanjang jalan aku banyak berharap agar terus ada
bayangan dari pohon-pohon yang tinggi di pinggir jalan. Tentu saja kadang aku
melewati daerah yang tidak ada pohonnya, dan kemudian aku menetapkan kalau aku
kehilangan satu kesempatan dari sekian kesempatan. Seperti dalam video game.
Dunia
anak-anak memang sangat imajinatif, walaupun imajinasinya tidak jauh-jauh dari
game yang dia mainkan atau kartun yang dia tonton.
Orang
dewasa tidak lagi melakukan hal itu: memperhatikan langkah, karena semakin
dewasa orang akan semakin miskin imajinasi. Itu bisa dipahami karena semakin
bertambah usia kita akan semakin banyak melihat realitas dan kita mulai bangga
dengan apa yang disebut dengan logika. Walaupun aku yakin kalau logika dan
imajinasi sebenarnya tidak saling meniadakan.
Ramadhan
mengajarkan banyak hal, dengan cara apapun. Yang paling jelas mungkin adalah
kultum rutin yang kita terima setiap selesai sholat tarawih dan subuh.
Materi-materi dalam kultum itu sebenarnya banyak yang berulang dari tahun ke
tahun, sehingga tak jarang kita stay
di masjid bukan benar-benar untuk mendengarkan, tapi mengharap pahala atau
pekewuh dengan yang lain kalau harus pulang duluan.
Namun pada
saat-saat seperti itulah para pencari ilmu dituntut untuk sabar mendengarkan
materi yang itu-itu lagi. Agar kita tidak sombong dengan mengatakan “ah, aku
sudah pernah mendengar materi itu”, atau “tuh kan materinya itu lagi”. Karena
siapa tahu Allah menurunkan hidayah-Nya bersamaan dengan saat kita mendengarkan
sebuah materi. Dengan begitu materi yang sudah kita dengar sebelumnya tiba-tiba
benar-benar merasuk dalam hati kita.
Salah satu
hal yang aku ingat dalam kultum Ramadhan kali ini adalah tentang melangkah. Ada
beberapa jenis langkah kaki seorang manusia yang disenangi Tuhannya. Yang
paling sering disebutkan adalah langkah kaki dari rumah ke masjid, yang mana
satu langkah menghapus dosa dan langkah lainnya menaikkan derajat.
Itu sudah
sangat luar biasa dan menunjukkan kemurahan Allah. Tapi ada lagi yang lebih
dari itu. Langkah kaki yang paling disenangi Tuhan atas hamba-Nya adalah
langkah kaki menuju shaf terdepan dalam shalat. Sebagaimana yang Rasulullah
katakan, kalau kita tahu apa yang ada dalam barisan terdepan shalat jamaah,
maka kita sebisa mungkin ingin berada di posisi itu meskipun harus melalui
undian.
Selain itu,
masih ada detail-detail soal langkah kaki yang dicontohkan Rasulullah. Kita
masuk masjid atau rumah dengan kaki kanan terlebih dahulu, dan keluar dengan
kaki kiri. Hal tersebut berlaku sebaliknya ketika kita masuk kamar mandi. Itu
semua adalah hal “sepele” tapi tidak benar-benar sepele. Karena itu berasal
dari Rasulullah, maka pastilah itu untuk menyempurnakan karakter kita sebagai
seorang muslim.
Nah,
langkah-langkah kaki yang semacam itu yang barangkali perlu kita pelajari lagi.
Dan ketika kita (belajar) berjalan melangkah mendekati-Nya, Dia akan mendekati
kita dengan berlari.
0 comments:
Post a Comment