Belajar Melangkah (Lagi)

Jul 4, 2015

Melangkah adalah kegiatan yang manusia lakukan tanpa berpikir. Maksudnya, kita tidak memikirkan setiap langkah yang kita ambil ketika berjalan ke suatu tempat. Kita tidak menghitung berapa banyak langkah yang harus diambil untuk sampai ke dapur, atau kulkas. Itu tidak kita lakukan lagi ketika kita beranjak dewasa.

Aku ingat waktu kecil suka menghitung berapa petak ubun yang aku lewati, sambil berjalan hati-hati agar tidak menginjak bagian sambungannya. Aku berjingkrak-jingkrak seperti seorang petualang yang melompati sungai yang penuh buaya.

Ada lagi ketika berjalan pulang sekolah, aku sebisa mungkin mencoba hanya menginjak jalan yang dinaungi bayangan pohon, seakan-akan hanya itu tanah aman yang bisa dibuat berpijak. Jadi sepanjang jalan aku banyak berharap agar terus ada bayangan dari pohon-pohon yang tinggi di pinggir jalan. Tentu saja kadang aku melewati daerah yang tidak ada pohonnya, dan kemudian aku menetapkan kalau aku kehilangan satu kesempatan dari sekian kesempatan. Seperti dalam video game.

Dunia anak-anak memang sangat imajinatif, walaupun imajinasinya tidak jauh-jauh dari game yang dia mainkan atau kartun yang dia tonton.

Orang dewasa tidak lagi melakukan hal itu: memperhatikan langkah, karena semakin dewasa orang akan semakin miskin imajinasi. Itu bisa dipahami karena semakin bertambah usia kita akan semakin banyak melihat realitas dan kita mulai bangga dengan apa yang disebut dengan logika. Walaupun aku yakin kalau logika dan imajinasi sebenarnya tidak saling meniadakan.

Ramadhan mengajarkan banyak hal, dengan cara apapun. Yang paling jelas mungkin adalah kultum rutin yang kita terima setiap selesai sholat tarawih dan subuh. Materi-materi dalam kultum itu sebenarnya banyak yang berulang dari tahun ke tahun, sehingga tak jarang kita stay di masjid bukan benar-benar untuk mendengarkan, tapi mengharap pahala atau pekewuh dengan yang lain kalau harus pulang duluan.

Namun pada saat-saat seperti itulah para pencari ilmu dituntut untuk sabar mendengarkan materi yang itu-itu lagi. Agar kita tidak sombong dengan mengatakan “ah, aku sudah pernah mendengar materi itu”, atau “tuh kan materinya itu lagi”. Karena siapa tahu Allah menurunkan hidayah-Nya bersamaan dengan saat kita mendengarkan sebuah materi. Dengan begitu materi yang sudah kita dengar sebelumnya tiba-tiba benar-benar merasuk dalam hati kita.

Salah satu hal yang aku ingat dalam kultum Ramadhan kali ini adalah tentang melangkah. Ada beberapa jenis langkah kaki seorang manusia yang disenangi Tuhannya. Yang paling sering disebutkan adalah langkah kaki dari rumah ke masjid, yang mana satu langkah menghapus dosa dan langkah lainnya menaikkan derajat.

Itu sudah sangat luar biasa dan menunjukkan kemurahan Allah. Tapi ada lagi yang lebih dari itu. Langkah kaki yang paling disenangi Tuhan atas hamba-Nya adalah langkah kaki menuju shaf terdepan dalam shalat. Sebagaimana yang Rasulullah katakan, kalau kita tahu apa yang ada dalam barisan terdepan shalat jamaah, maka kita sebisa mungkin ingin berada di posisi itu meskipun harus melalui undian.

Selain itu, masih ada detail-detail soal langkah kaki yang dicontohkan Rasulullah. Kita masuk masjid atau rumah dengan kaki kanan terlebih dahulu, dan keluar dengan kaki kiri. Hal tersebut berlaku sebaliknya ketika kita masuk kamar mandi. Itu semua adalah hal “sepele” tapi tidak benar-benar sepele. Karena itu berasal dari Rasulullah, maka pastilah itu untuk menyempurnakan karakter kita sebagai seorang muslim.

Nah, langkah-langkah kaki yang semacam itu yang barangkali perlu kita pelajari lagi. Dan ketika kita (belajar) berjalan melangkah mendekati-Nya, Dia akan mendekati kita dengan berlari. 

0 comments:

Post a Comment