Ada dua hal yang membuat saya menulis tentang hal ini. Yang
pertama, kajian tentang hal ini sempat menjadi tema dalam Kajian Sastra dan
Seni Rupa pada hari Kamis, 4 April 2013. Saya tertarik dengan tema itu tetapi
tidak bisa mengikuti kajiannya karena ada kelas, maka dari itu saya mencari
materi ini di internet. Yang kedua (hehe..), saya ingin mencoba menulis sebuah cocologi. Kalian tahu? Sebuah istilah
yang biasa digunakan orang-orang “pengaku” atheist (ateis) untuk menyerang umat
beragama. Definisi sederhananya adalah: kebiasaan umat beragama yang suka
mencocokan hal-hal tertentu dengan isi kitabnya, seperti sains, sejarah, dan
lain-lain.
Mungkin nanti ada yang mau membahas lebih jauh tentang
cocologi, sekarang kembali ke judul.
Selain berisi peringatan dan kabar gembira (lihat Surat
Maryam ayat 97), Al Qur’an juga berisi “ramalan”. Surat Ar-Rum ayat 2-4
menyebutkan bahwa Romawi akan menang melawan Persia. Hal tersebut benar-benar
terjadi beberapa tahun kemudian. Romawi akhirnya menang telak dalam
peperangannya melawan Persia setelah sebelumnya kalah. Contoh lain ada pada
peristiwa fathul Mekah yang dijelaskan dalam surat Al-Fath ayat 27, dengan
konteks pembenaran mimpi Rasulullah SAW. Kejadian tersebut pada akhirnya juga
terjadi.
Terkait dengan munculnya fenomena facebook atau jejaring
sosial lain sekarang ini, secara tidak langsung Allah SWT sudah menyatakannya pada
surat Al-Ma’arij ayat 19-21, yang artinya:
“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila
dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan dia
jadi kikir.”
Bisa menangkap hubungan antara ayat tersebut dengan
facebook?
Meskipun tidak semua, kita sama-sama menyaksikan kalau
sebagian besar status yang terupdate di newsfeed
kita berisi keluhan. Sakit dari mulai bisul, jerawat, sampai ayan di update di
status. Selain penyakit, masalah cuaca pun juga di update. Sedang hujan,
mengeluh tidak bisa kemana-mana. Sedang panas, mengeluh kepanasan. Berbagai
macam masalah, mulai dari yang besar sampai kecil, lebih sering kita share di facebook daripada kita adukan
langsung kepada Allah SWT.
Padahal, banyak mengeluh itu tanda kalau kita kurang
bersyukur. Konon kalau kita banyak bersyukur, Allah SWT akan menambah nikmat
kita. Kalau kita tidak bersyukur (kufur), sesungguhnya azab Allah itu sangat
pedih (lihat Surat Ibrahim ayat 7). Maka dari itu, jangan heran kalau ada
orang-orang yang setiap hari selalu ada yang bisa dikeluhkan. Semoga keluhannya
di dengar oleh yang punya facebook. Haha!
Saya sendiri sering anyel
terhadap orang-orang yang sering mengeluh di facebook atau twitter, apalagi
mahasiswa, dan tentang tugas. Ayolah,
mahasiswa itu ditutut untuk berpikir kompleks, maka dari itu tugasnya sering
banyak. Kalau menjadi mahasiswa biasa saja sudah mengeluh, bagaimana kalau
mereka melihat dari sudut pandang mahasiswa aktivis? Para mahasiswa yang
identitas dan amanahnya lebih banyak.
Jadi itu tadi sedikit cocologi yang bisa saya tulis, bukan
tentang sains atau sejarah, tapi lebih ke penghubungan konteks. Memang sedikit
menyerang “pengaku” ateis, tapi di sini saya lebih ingin mengingatkan agar kita
mengurangi kebiasaan mengeluh di jejaring sosial dan mulai memanfaatkannya
untuk hal-hal yang positif.
Tapi Cah, kalau manusia berhenti mengeluh, ayat di atas menjadi
nggak valid dong? Mungkin yang dimaksud di ayat itu adalah manusia pada
umumnya, dengan kata lain, yang mainstream.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk bisa mendobrak mainstream tersebut.
Jadi kalau kita sudah nggak
suka mengeluh, kita bukan manusia dong?
Astagfir. Wallahu a'lam bishawab". Dan Allah-lah yang
paling tahu.
0 comments:
Post a Comment