Pertama-tama
marilah kita berterima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan langit
fajar kepada hambanya yang tidak tidur lagi selepas sahur.
Konon bila
kita ingin belajar ketabahan, kita bisa belajar dari langit fajar. Langit pada
jam-jam subuh memberikan warna terbaik, perpindahan dari gelap menuju terang,
perpindahan dari dinginnya dini hari menuju hangatnya sinar mentari. Pada
saat-saat itu, matahari memberikan semburat sinar oranyenya kepada langit, dan
warna abu-abu bercampur biru memberikan kekayaan warna yang hanya bisa
dikalahkan oleh kuningnya langit senja.
Tapi senja
tidak memberikan udara dan suhu yang segar seperti yang diberikan fajar. Senja
tidak memberikan embun kepada tanaman yang selalu menantikannya. Embun memberi mereka
harapan untuk hidup pada hari itu setelah sepanjang hari menahan polusi yang
disebabkan aktifitas manusia. Langit fajar secara konsisten menurunkan air dari
langit dan mengijinkan matahari untuk memberikan sinar pertamanya kepada semesta.
Langit
fajar melakukan itu semua, setiap hari, tapi tidak semua manusia menyadarinya.
Banyak manusia yang terlelap ketika langit fajar memberikan cintanya. Banyak
manusia yang memilih bertahan dengan kehangatan selimutnya. Tapi toh langit fajar tetap setia pada titah
yang diberikan kepadanya meski banyak manusia yang menganggap remeh. Langit
fajar tetap pada ketabahannya terlepas dari berapa banyak manusia yang menerima
atau menampik cintanya.
Karena dia
percaya. Masih ada mereka yang menyadari cintanya dan setiap hari bersyukur
telah menerimanya; para tumbuhan, serangga, rumput-rumput yang basah, dan para
hamba yang mencintai-Nya.
Maka, ketika
kau merasa cintamu bertepuk sebelah tangan, ingatlah langit fajar. Lalu keluarlah
dari selimutmu, baik selimut yang menutupi tubuhmu saat tidur ataupun selimut
masalah yang seperti tidak mau lepas darimu. Lalu bersujudlah. Kepada Pemilik
Langit Fajarlah cintamu tidak akan bertepuk sebelah tangan. []
jujur, gaya bahasamu itu bagus lho Cahyo.
ReplyDeletesuka dengan caramu menghubungkan cinta dengan sang fajar.
Mas Pondra ini dari sejak aku awal ngeblog dan tulisanku awut-awutan sampai sekarang selalu mendukung. Makasih Mas.
ReplyDeletehehe2 sama2 Cahyo
Deleteberarti tulisannya dah berkembang ya. Dulu awut2an sekarang dah mulai tertata. :)