Hari-hari ini aku mencari-cari lagi pentingnya American
Studies, pentingnya kuliah yang kulakukan. Jangan sampai semakin ke sini aku
lupa alasanku masuk Amstud.
Hal yang paling menakjubkan dari American Studies adalah
bagaimana ia menghargai pemikiran yang beragam. Dalam menghadapi satu isu
tertentu, ia membiarkan penelitinya memakai banyak pendekatan. Itulah yang
disebut multidisciplinary studies--ilmu yang multidisiplin.
Tapi kemudian aku berpikir, bukankah "keluasan
ilmu" itu juga yang menjadi kelemahan terbesarnya? Ironis. Kita tahu
terlalu banyak, tapi mendalami terlalu sedikit. We know too much, but
understand too less. Mahasiswa kajian Amerika memang membaca banyak jurnal yang
tidak hanya fokus pada satu hal. Tapi aku sangsi tiap mahasiswanya bisa
berbicara atau menulis secara dalam tentang satu topik, bahkan untuk topik yang
paling disenanginya.
Tapi kemudian aku merenungi juga kata "fokus".
Apakah kita tega membiarkan otak kita yang canggih ini hanya dipakai untuk
mempelajari satu hal? Aku membayangkan mahasiswa Amstud bisa menjadi semacam
polymath, ilmuan "mutidisipliner" jaman dulu--yang ekspert dalam
banyak hal tapi tetap "fokus" pada satu yang dicintainya.
Temanku dulu pernah menjelaskan konsep
"multidisiplin" dari ilmuan jaman dulu itu, mereka mempelajari banyak
hal juga "pilih-pilih". Yang berbeda dari mereka adalah target besar
dalam hidup yang ingin dicapai. Mereka ingin menciptakan apa untuk kemanusiaan,
dan ilmu apa saja yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaan penciptaan itu.
Jadi misal dia ingin menjadi kapten kapal yang luar biasa;
maka dia akan bersungguh-sungguh mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan
dengannya, misal ilmu air, kelautan, navigasi, angin, dan bahkan astronomi.
Atau bila dia ingin menciptakan lampu seperti Alfa Edison, maka dia akan
mempelajari lebih banyak hal lagi: fisika, kimia, listrik, hukum energi, dan
sebagainya.
Banyak hal itu dipelajarinya tapi semua itu untuk mendukung
kecintaannya pada satu pencapaian tertentu. Sesuatu yang banyak itu untuk satu
kesempurnaan.
Tidak seperti sistem pendidikan sekarang yang fokus pada
"astronominya" tapi tidak ada motivasi untuk menjadi "kapten
kapal yang luar biasa". Kita kadang malah tidak tahu sebenarnya apa guna
dari yang kita pelajari selama bertahun-tahun.
Kita sendiri seperti terpisah dari peran kita dalam membuat
kemajuan jaman. Seperti seorang buruh pabrik mobil yang sangat pandai dalam
membuat ban tapi tidak tahu bahwa dia sedang menjadi bagian dalam pembuatan
mobil. Makanya banyak orang yang merasa pandai tapi tidak sadar bahwa dia
sedang dimanfaatkan oleh kekuatan di atasnya.
Teralieniasi, kita terasing dari apa yang kita lakukan
sehari-hari, seperti kata Karl Marx.
0 comments:
Post a Comment