Membeli Hati Perempuan

Nov 16, 2014

Untuk menyamakan persepsi, kita akan mulai tulisan ini dengan fakta; bahwa akan selalu muncul hape yang baru di pasaran, yang akan terupgrade baik secara software atau hardware. Dan seiring waktu kita tumbuh dewasa, produksi hape akan semakin masif. Artinya, jarak antara kita menemui satu hape dengan yang lainnya akan semakin singkat.

Katakanlah suatu hari kamu menemui sebuah hape baru yang canggih dan mahal. Dan saat itu kamu masih pelajar atau mahasiswa, yang belum memiliki pekerjaan tetap. Atau bahkan kamu tidak punya pendapatan sama sekali selain dari uang bulanan orang tua. Kamu tidak punya uang untuk membeli hape itu. Kamu sangat ingin memilikinya saat ini juga, tapi tidak siap untuk membayarnya.

Lalu mari beralih peran. Bayangkan kamu adalah pemilik konter, penjual hape tadi. Ketika tahu bahwa penawar hape tadi tidak punya uang, apakah kamu akan memberikan hapemu begitu saja?

Tidak?

Lalu bagaimana bila dia menemukan akun facebookmu, lalu merayumu melalui chat facebook. Apakah kamu mau memberikan hape itu?

Tidak?

Lalu bagaimana bila dia bertindak lebih jauh, dia entah bagaimana menemukan nomer wasapmu atau pin bbmmu. Lalu dia mengajakmu ngobrol panjang lewat aplikasi-aplikasi chating itu, yang pada intinya memintamu untuk memberikan hape itu. Akankah kamu akan memberikannya?

Tidak?

Lalu bagaimana kalau dia mengajakmu dan menraktirmu makan malam, apakah kamu akan luluh lalu memberikan hape itu?

Bagaimana kalau dia berjanji untuk membayarmu di masa depan?

Masih tetap tidak?


Rasanya memang tidak bisa. Seperti yang seharusnya, pembeli harus membayarkan harga yang ditetapkan untuk bisa memiliki sebuah hape yang dia inginkan. Semakin mahal hapenya, maka semakin dia harus memiliki komitmen untuk mencari banyak uang untuk membeli hape itu. Sebelum pembeli dan penjual sama-sama menandatangani kuitansinya, maka hape tidak akan berpindah tangan.

Mengapa demikian? Karena kamu tahu kalau hape itu ada harganya. Hape itu bernilai. Tanpa tanda-tangan di kuitansi sebagai wujud komitmen, kamu akan menganggap penawar hape tadi bercanda. Dia tidak serius dengan apa yang dia katakan. Dia hanya ingin bermain-main atau mengerjaimu sebagai penjual hape. Maka dari itu sebaiknya kamu tidak menanggapinya dengan serius.

Sebagai penjual, kamu tidak akan menerima janji. Karena seperti yang sudah kita setujui tadi; beberapa waktu lagi, tidak lama dari sekarang, si penawar tadi akan kembali menemui hape baru. Hape itu baginya mungkin lebih bagus dan canggih. Maka besar kemungkinan dia tidak jadi tertarik dan berniat membeli hapemu. Dia akan beralih ke hape baru tadi. Hapemu akan dikembalikannya dengan kondisi bekas terpakai. Dan karena si penawar tadi tidak pernah membayarmu, maka dia tidak rugi apa-apa.

Hanya penjual yang bodoh yang mau dirayu untuk memberikan hapenya secara cuma-cuma.

Dan di sekitar kita, banyak sekali orang yang seperti itu: sangat menginginkan sebuah hape tertentu saat ini juga, tapi belum siap membayarnya.

Sangat, sangat banyak.

Itu kalau seseorang ingin membeli hape, bagaimana kalau dia ingin membeli hati perempuan?

Hatimu, misalnya.

Bagaimana bila ketika kalian baru sebentar kenal, dia meminta hatimu? Apakah kamu akan memberikannya begitu saja?

Bagaimana bila dia menemukan akun facebookmu, lalu menggodamu melalui chat facebook? Atau lewat obrolan panjang tiap malam di wasap, atau di bbm.

Bagaimana kalau suatu ketika dia mengajak dan menraktirmu makan malam? Di tempat dan waktu yang romantis, dia menyatakan kalau dia menginginkan hatimu.

Dia bahkan berjanji untuk meminangmu di masa depan.

Apakah kamu luluh untuk memberikan hatimu dan dirimu padanya?

Think about it

Cinta adalah hal yang paling berharga dalam hidup. Bila seorang laki-laki tidak mau secara serius menandatangi komitmen, maka seorang wanita juga tidak semestinya menanggapinya sengan serius.
Dan laki-laki yang seperti itu banyak. Sangat, sangat banyak.

Jadi, karena kamu jauh lebih berharga dari sebuah hape, maka jangan berikan apapun kepada seseorang yang tidak benar-benar serius menginginkanmu. Apapun. Kalau kamu berani berkata “serius atau pergi dari hadapanku”, maka kamu tidak akan lagi mendapatkan perlakuan yang salah dari laki-laki.

Karena kamu jauh lebih berharga dari hape mana di dunia ini.


Iya, kamu. =)

7 comments:

  1. ya lelaki di percaya dari komitmennya.. kalau tidak bisa dipercaya akan komitmennya bukan lah lelaki namanya...

    ReplyDelete
  2. anonimnya, hape dan hati. sederhana, tapi ngena. thanks for writing this :))

    ReplyDelete
  3. Well done.. blog mu rapi amat sekarang ;)

    ReplyDelete
  4. Masuk banget, ngena sekali. Ampe ngebayangin haha.

    ReplyDelete