Sensitifitas Berbahasa

Mar 29, 2015

Kalaupun indra keenam itu ada, pastilah itu akan menjadi the sense of using language. Bukan hanya menggunakan bahasa semata-mata sebagai alat komunikasi, tapi benar-benar sensitif terhadap dampak dari pilihan kata yang digunakan.

Seorang lelaki tidak “terlalu lelah” atau malah “capek” untuk menggambarkan kondisi fisiknya, tapi “kehabisan tenaga”, bukan “too tired” tapi “exhausted”. Jika indra pengenal bahasa kita cukup sensitif, “lelah” akan terasa lebih ke kondisi psikologis atau pikiran, apalagi “capek”. Tapi lelaki sejati adalah orang yang “kehabisan tenaga” setelah, mungkin, seharian bekerja keras. Itu menjelaskan bagaimana dia bekerja dengan tenang, fokus, tidak terganggu beban pikiran, seratus persen hanya mencurahkan tenaga, termasuk tenaga untuk logika—bukan emosi.

Orang yang kehabisan tenaga hanya memerlukan makan dan tidur untuk memulihkannya. Sementara orang yang lelah, selain makan dan tidur, perlurefreshing dan/atau shopping. Sekali lagi, diksi mempengaruhi dampak.

Seorang lelaki juga tidak “galau”, dia “murung”, bukan “bad mood”, tapi “depresi”. Jelas sekali bahwa “galau”, atau “terlalu sedih” erat kaitannya dengan ketidak-nyamanan emosi, yang seperti yang kita tahu, adalah girly things. Sementara “murung” adalah milik para pemikir. Dia melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan idealisme di kepalanya. Dia melihat kondisi keluarga, masyarakat, melihat kehidupan itu sendiri, yang tidak berjalan “semestinya”.

Kata “murung” adalah milik para perenung, yang kerap menjadi pelarian bila pertanyaan eksistensialisme dalam kepalanya tidak terjawab. Kata “galau” berdampak pada perilaku curhat-menangis-curhat-menangis, sementara “murung” akan menciptakan sikap pendiam, “depresi”, yang salah satu definisinya adalah “berkurangnya aktifitas fisik”, mager. Untuk menjadi “murung”, seseorang perlu alasan yang lebih dalam, yang membuatnya perlu memisahkan diri dari orang-orang (baik di dunia nyata atau maya); mungkin sampai ber-uzlah--pergi ke gua dan merenung.

Begitulah, bahasa sebagai “alat komunikasi” adalah nomor sekian, fungsi yang lebih utama dari bahasa, sebagaimana John Keating dalam Dead Poet Society meletakkannya, adalah untuk merayu wanita. 

1 comment:

  1. aku mendapati diriku di tengah-tengah antara "lelah" dan "kehabisan tenaga". Atau mungkin aku yang masih keliru dalam mendeskripsikan diriku sendiri

    ReplyDelete