Saintis

Jan 5, 2015

*play: Coldplay – The Scientist

Come up to meet you, tell you I'm sorry
You don't know how lovely you are
I had to find you, tell you I need you
Tell you I set you apart

Datanglah padaku, atau aku yang datang padamu, atau kita datang ke suatu tempat untuk bertemu. Terserah; aku akan mentoleransi jarak untuk menemuimu. Dirimu: seseorang yang dengannya aku ingin menghabiskan waktu dua setengah jam sehari hanya untuk mengobrol. Well, sebenarnya total tiga jam. Karena di sela-selanya ada saat-saat di mana kita hanya saling menatap. Begitu tenang seperti menatap ke ruang hampa, padahal pikiran kita berputar berlebihan mencoba saling membaca mata.

Aku membutuhkanmu, aku membutuhkan pikiran rumitmu yang begitu indah. Sebuah minda yang kuat yang didalamnya hanya ada ide-ide yang orang lain terlalu sibuk untuk memikirkannya. Kau, tentu saja, tidak tahu kalau kau sangat mengagumkan. Kau tidak tahu betapa aku ingin memindahkan rumahmu ke samping rumahku. Atau yang lebih baik: kita tinggal serumah saja.

Kau tidak tahu betapa aku selalu terkesima bila berbincang denganmu. Your brain, kau tidak menyianyiakannya untuk hanya memikirkan baju apa yang akan kau pakai besok, baju baru macam apa yang ingin kau beli, kapan lagi kau harus pergi perawatan wajah, atau merk bedak apalagi yang mungkin lebih cocok denganmu. Pemikiran yang indah itu; aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan tanpa mulutmu yang pintar itu.

Tell me your secrets and ask me your questions
Oh, let's go back to the start
Running in circles, coming up tails
Heads on a science apart

Betapa inginnya aku secara rutin bertemu denganmu; di kedai kopi, cokelat, atau tempat yang kau senangi karena kesunyiannya: perpustakaan. Aku ingin tahu setiap rahasiamu. Dan bukan tentang siapa pria yang sedang kau sukai, atau seorang dosen yang sedang kau benci. Bukan, ini semua bukan tentang dirimu. Kita tahu bahwa ini selalu bukan tentang kita.

Aku ingin tahu rahasia hatimu: pikiran-pikiran yang sedang kau simpan. Kegamangan yang tetap bertahan di pikiranmu meski kau sudah pindahkan itu ke catatan harian. Kegundahan hati yang tak pernah usai. Perasaan itu, ketika kau bahagia dan sedih di saat yang bersamaan. Aku ingin memahaminya.

Tanyai aku beberapa pertanyaan. Aku akan dengan antusias mengelaborasikan jawabannya. Seperti biasa, seperti yang seharusnya. Kita lalu akan terperangkap dalam perbincangan yang kemana-kemana. Kita tersesat, secara harfiah.

Kita berlari dalam lingkaran, seperti seekor anjing yang mengejar ekornya sendiri. Tapi di situlah kita akan bertemu: di akhir pembahasan tentang sains, yang selalu memberikan cahayanya untuk kita ikuti. Sebuah cahaya yang akhirnya menuju ke pintu gua. Dan ketika itu, kopi kita akan telah habis. Kau mengambil nafas panjang, aku tersenyum. Ketika itu, everyone else doesn’t matter.

Nobody said it was easy
It's such a shame for us to part
Nobody said it was easy
No one ever said it would be this hard
Oh, take me back to the start

Tidak akan ada yang bilang kalau pertemuan kita selalu mudah. Maksudku, pertemuan yang sebenarnya. Berapa kali aku harus bilang padamu aku benci berbincang di dunia maya. Orang-orang mentoleransi pertemuan dunia maya karena kemudahannya, sedangkan aku tidak; juga karena alasan kemudahannya. Ketika kita membahas sesuatu, aku perlu bisa melihat wajahmu secara langsung, aku harus membacamu.

Kalau orang-orang pikir bahwa dengan berhubungan di dunia maya itu sudah cukup, mereka salah. Mereka harus saling berusaha untuk bertemu di dunia nyata atau mereka akan mulai kehilangan satu sama lain. Love takes efforts. Itulah yang sedang kuusahakan: untuk tidak kehilanganmu.

Terlalu banyak sampah di facebook, terlalu banyak “orang-orang” di twitter yang selamanya tidak akan pernah memahami maksud mention-mention kita. Lagipula, terlalu sedikit karakter yang diperbolehkan, sementara aku punya begitu banyak yang ingin kusampaikan padamu. Memalukan sekali kita harus terpisah secara fisik dan terhubung secara maya, tanpa emosi.

Tapi juga tidak ada yang bilang kalau ini akan sesulit itu. Kita bisa belajar untuk berhenti serakah akan kesibukan dan memberikan waktu satu sama lain.

I was just guessing at numbers and figures
Pulling the puzzles apart
Questions of science, science and progress
Do not speak as loud as my heart

Kita akan belajar memberikan waktu untuk kepentingan diskusi sains. Mencoba menjawab setiap pertanyaan tentang alam semesta, lalu diskusi akan menyempit dan menyempit sampai tanpa sadar kita mencoba membahas makna Cinta. Dan pada akhirnya, di depan mulut gua tempat cahaya tadi menuntun, kita hanya akan menemukan sebuah lahan kosong. Karena di situlah kita akan menuju: kepada ketiadaan.

Kita sudah membahas banyak hal sampai kita paham bahwa kita sebenarnya tidak tahu apa-apa. Yang kita lakukan dari awal sebenarnya hanya berjalan dan berjalan sambil berbincang, sampai kita temukan sebuah tempat yang berada di luar pengertian benar dan salah, halal dan haram, dosa dan pahala. Di sanalah kita akan berakhir, di tanah lapang seperti yang disebutkan Rumi.

And tell me you love me, come back and haunt me
Oh when I rush to the start
Running in circles, chasing up tails
Coming back as we are

Semakin lama, kita akan paham bahwa kesibukan tidak selalu satu spektrum dengan progress. Dan seperti kata Sokrates, kita perlu berhati-hati pada kesibukan yang mandul. Kita akan lebih rela berlari berputar-putar dalam usaha memahami kehidupan. Tanpa akhir yang jelas, seperti anjing yang secara bodoh berputar-putar mengejar ekornya. Yap, kita akan terlihat bodoh di mata “orang-orang”. Tapi sekali lagi, ketika itu everyone else doesn’t matter.

Kita selalu merasa tahu makna kehidupan dan setiap hari membahas konsepnya, tapi sebenarnya kita tidak. Then just give up, and tell me you love me. Kita sudah terlanjur menegak ekstasi yang sama. Ketika yang ada di pikiranmu hanya bagaimana agar kamu tidak “menghilang begitu saja dari sejarah tanpa menghasilkan sesuatu yang penting bagi kemanusiaan”; kamu harusnya begitu bahagia.

Nobody said it was easy
Oh, it's such a shame for us to part
Nobody said it was easy
No one ever said it would be so hard
I'm going back to the start

Tidak ada yang bilang ini akan mudah. Tapi aku tetap ingin, seandainya, kita selalu mencoba belajar kehidupan bersama-sama mulai dari awal. Setiap harinya, setiap pagi. Karenanya, temui aku di dunia nyata, suatu ketika; di kedai kopi, cokelat, atau tempat yang kau senangi karena kesunyiannya: perpustakaan.


*rewind

0 comments:

Post a Comment