Laskar Pemimpi

Dec 10, 2014

Laskar Pemimpi; Andrea Hirata, Pembacanya, dan Modernisasi Indonesia (Nurhady Sirimorok)

Rating: ★★★★★★★☆☆☆



Sub judul yang dibuat oleh Nurhady Sirimorok cukup menggambarkan isi dari buku ini. Dengan mengambil novel trilogi Andrea Hirata yaitu; Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor sebagai datanya, buku ini menjadi semacam studi kasus untuk mengeja pola pikir dan pandangan masyarakat Indonesia, khususnya pembaca Andrea. Dikukuhkannya novel Andrea sebagai Indonesia’s Most Powerfull Book dan menjadi mega best seller membuat Nurhady curiga terhadap pandangan masyarakat Indonesia menyikapi tujuan hidup, khususnya terkait dengan cara hidup modern.

Di buku ini, Nurhady menganalisa secara kritis novel Andrea dan menemukan kecacatan yang luar biasa—bahkan sampai menabrak logika dalam cerita fiksi sekalipun. Kecacatan itu terutama ada pada kejeniusan Lintang dan Mahar. Di sekolah Muhammaddiyah yang letaknya di daerah seterpencil Belitong, Lintang di usianya yang masih sangat muda bisa menguasai ilmu eksakta yang begitu canggih, sementara Mahar bisa menemukan referensi tarian dari suku Afrika. Deskripsi tokoh yang berlebihan dan banyaknya kebetulan seharusnya menjadi hal yang tidak bisa diterima.

Lewat buku ini, Nurhady mempertanyakan sekaligus mengkritisi  secara sinis persepsi Andrea (dan sebagian besar rakyat Indonesia) tentang kesuksesan. Andrea, yang diklaim Nurhady sebagai anak didikan Orde Baru, lewat novel-novelnya telah menyetujui dan memperkuat stereotip tentang deskripsi mimpi menurut cara pandang barat. Andrea telah memperkuat paham orientalisme Barat yang menganggap rendah negara-negara Timur dan mengklaim bahwa seluruh sumber ilmu dan budaya yang “beradab” ada di Barat.

Melihat dari komentar-komentar pembaca Andrea dan membandingkannya dengan novel yang mirip Laskar Pelangi di masa lalu, Nurhady menyimpulkan bahwa rata-rata masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa pendidikan dan ilmu terbaik adalah yang sesuai dengan pola-pola Barat (tinggalan penjajah), dan pekerjaan yang paling bisa membawa kesuksesan adalah pekerjaan yang “berkerah”. Hurhady berhasil menjawab mengapa masyarakat Indonesia masih begitu mencintai pekerjaan dengan seragam, misal PNS atau tentara.

Dengan pengalamannya, Nurhady juga menyajikan betapa masyarakat yang dikatakan terpencil dan harus “diberadabkan” sebenarnya memiliki nilai yang lebih luhur daripada sekedar kehidupan formal yang membosankan. Sesuai dengan judulnya, Laskar Pemimpi mencoba mengatakan pada kita untuk berhati-hati dengan mimpi, karena kadang mimpi memang baik, tapi kadang mimpi juga buta. []

0 comments:

Post a Comment