|  | 
| sumber: gambar di kompasiana | 
Lalu, serigala mana yang akan menang? Jawabannya: yang lebih sering kita beri makan.
Tanpa sadar, kita sering memberi makan serigala 
jahat dengan menoleransi kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Terlalu 
sering. Padahal, ketika kita "mengijinkan"diri kita untuk melakukan 
sesuatu yang buruk, misalnya marah, kita akan lebih mudah marah di lain 
waktu--walau dengan provokasi kecil sekalipun. Sama halnya ketika 
kita membiarkan hati kita merasa iri atas apa yang didapatkan seseorang,
 bisa saja kedepannya kita akan mudah merasa iri kepada banyak orang 
yang lain.
Kita memberi makan serigala jahat, yang mana 
akan membuatnya lebih berenergi dan peluang menang di pertempuran 
berikutnya lebih besar. Ketika kita membiarkan salah satu emosi 
negatif menguasai diri, sebenarnya kita memberikan kesempatan pada emosi
 tersebut untuk lebih mudah menguasai kita di lain waktu. Seperti itulah
 psikologi emosi bekerja--cara kerja serigala dalam kepala kita.
Dengan kata lain, bila kita membiasakan diri untuk 
melakukan sesuatu yang baik, misal memasukkan uang ke kotak infak atau 
memaafkan kesalahan orang lain. Insyaallah kita akan merasa lebih
 mudah melakukan semua itu di lain waktu, sehingga nantinya kita bisa 
meningkatkan kualitas perilaku baik kita. Sudah sepantasnya kita rajin 
memberi makan serigala baik, dan membantunya menang dalam konflik batin 
yang setiap saat melanda diri kita.
Ketika serigala baik tengah bertempur dengan 
serigala jahat dalam kepala kita, sesungguhnya itu mewakili pertarungan 
kita dengan diri kita sendiri. Yang mana, kata Napoleon, "Satu-satunya 
penaklukan permanen dan tidak menyisakan penyesalan adalah penaklukan 
atas diri sendiri". Jadi memang sebenarnya pertarungan yang paling berat
 memang bagaimana kita mengalahkan diri kita sendiri. Bagaimana kita 
mengalahkan rasa malas yang menghinggapi, atau rasa marah ketika tengah 
sakit hati.
Konon, orang terkuat adalah orang yang dapat 
mengendalikan amarah. Setelah kita mengumbar kemarahan kita, bisa saja 
kita malah menyesal. Ketika kita bisa lebih tenang dan menahan marah, 
kita memiliki kesempatan untuk instrospeksi diri, di mana kita akan 
menemukan kesalahan kita dan memperbaikinya. Maka dari itu tidak 
berlebihan bila Napoleon mengatakan penaklukan atas diri sendiri itu sama sekali "tidak 
menyisakan penyesalan".
Ada kalimat bagus: sejak kapan bersikap kasar menunjukkan kekuatan dan sikap sopan santun menunjukkan kelemahan?
Maka dari itu, seseorang dengan karakter yang baik 
memiliki serigala baik yang kuat dalam kepalanya. Jadi sekali lagi, 
jangan biarkan serigala baik dalam kepala kita kelaparan.
 
 
Gue lebih suka siberian huskey sih. Jadi gue harap yang ada di kepala gue bukan serigala. *apasih
ReplyDelete