Tulisan kali ini masih berhubungan dengan tulisan yang berjudul Ketika Kita Menyingkirkan Deadline. Saya akan membahas faktor lain yang membuat kita bermasalah dengan deadline, yaitu sifat suka menunda. Sedikit review,
 kemarin saya menyinggung tentang bagaimana deadline yang tertunda bisa 
menjadi masalah baru. Kita yang biasa bermasalah dengan waktu luang, 
akan sulit mengatur waktu ekstra. Kadang kita malah berakhir dengan 
masalah yang sama: tekanan waktu, stress, dan perasaan tidak siap.
Lalu bagaimana dengan orang yang memang senang bila
 deadlinenya "tertunda"? Sama saja, mereka melewati waktu tambahan tanpa
 peningkatan kualitas pada hasil akhir pekerjaan. Banyak orang 
menjadikan pernyataan "inspirasi datang saat kepepet" sebagai pembenaran
 untuk menunda pekerjaan. Mereka yang sudah terlanjur mengandalkan "the 
power of kepepet" menjadi tidak punya alasan untuk mengerjakan tugas di 
awal waktu.
Seperti tulisan-tulisan lain, tulisan ini juga 
pengingatan untuk diri pribadi. Jadi di sini saya bukannya bebas dari 
sifat suka menunda, saya malah merasa hal ini sudah menempel akut pada 
diri saya. Saya sering sekali menunda pekerjaan, terutama tugas kampus. 
Bukan karena saya menggampangkan tugas, saya tahu tingkat kesulitan 
tugas, namun tetap saja saya tidak segera mengerjakan di awal waktu. 
Terlebih ketika tugas tersebut dikumpulkan via email, dan dosen hanya 
menyebutkan tanggal deadline (tanpa jam dan tanpa di print), ya 
saya mengerjakannya malam dan mengumpulkan nyaris tengah malam--terlalu. Memang, fasilitas yang semakin mudah kadang malah jadi cobaan yang 
berat untuk tidak sungguh-sungguh bekerja.
"Saya merasa oke, karena saya bisa bekerja lebih baik
 dalam tekanan." Ungkap para penunda. Well, menurut saya dia tidak 
bisa benar-benar bekerja lebih baik. Tidak ada yang bisa. Mungkin lebih 
tepatnya: karena dikejar tuntutan maka saya bisa menyelesaikan pekerjaan
 bagaimanapun caranya. Secara psikologis, mengatakan bahwa kita bisa 
bekerja lebih baik dalam tekanan adalah hal yang nyaris tidak masuk 
akal, karena "tekanan" memiliki pengertian: "saya hanya punya sedikit 
lagi waktu untuk menyelesaikan tugas". Menganggap bahwa semakin sedikit 
waktu maka hasil pekerjaan semakin baik seperti mengklaim bahwa semakin 
sedikit waktu tidur membuat kita semakin segar.
Jika kita termasuk penunda pekerjaan, tidak berlebihan rasanya bila mengatakan bahwa kita hanya bisa bekerja bila ada tekanan waktu. Tanpa tekanan, kita tidak bekerja--sesimpel itu hukumnya. Maka dari itu, seperti masalah pada tulisan Ketika Kita Menyingkirkan Deadline, deadline
 yang tersingkir akan jadi masalah besar untuk kaum penunda. *Eh tapi 
bukankah kaum penunda yang suka usul biar deadline-nya mundur?*
Solusinya hampir sama. Jika kita suka menunda, kita
 perlu menjaga agar kita tetap dalam tekanan--yaitu dengan memecah 
deadline menjadi beberapa bagian. Misal, kita mendapatkan tugas untuk 
membuat paper, kita bisa menentukan deadline pribadi untuk masing-masing
 chapter dalam paper tersebut. Dengan begitu, penyelesaian tugas akan 
lebih terstruktur  tekanan terus terjaga. Selain itu, kita memiliki 
waktu sebelum pengumpulan untuk mengedit kembali tugas kita, 
meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang tidak kelihatan namun krusial.
 
 
0 comments:
Post a Comment