Merdeka dari Prasangka

Oct 27, 2013

Indonesia sudah lama merdeka. Sebagaimana sudah di atur dalam undang-undang, kita sudah merdeka untuk memberikan pendapat. Maka dari itu, tak ayal lagi, ada sebagian dari kita yang menggunakan kemerdekaan itu untuk memberikan opini positif untuk Indonesia, sebagaimana juga ada yang menggunakannya untuk beropini negatif.

Kita pasti sama-sama tahu, pertanyaan apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka? adalah pertanyaan paling getir dan membosankan. Kita seperti hobi sekali menghubungkan esensi kemerdekaan Indonesia dengan bagaimana sebagian besar Sumber Daya Alam (SDA) kita masih dikuasai asing. Ada pula yang mempertanyakan status kepemilikan tanah air, karena tanah masih ngontrak, air masih beli.

Bila kita melihatnya dari sisi tersebut, kita mungkin menyimpulkan bahwa Indonesia memang belum merdeka. Kita bisa mengatakan pandangan tersebut di ranah publik. Tidak ada yang menembak kita dengan alasan penghinaan negara atau semacamnya. Karena itu tadi, (masing-masing) kita sudah merdeka dalam hal berpendapat.

Jadi sebenarnya jawaban atas pertanyaan apakah Indonesia sudah benar-benar merdeka tadi sebenarnya kembali pada bagaimana kita mendefinisikan kata merdeka itu sendiri. Menyikapi definisi merdeka, kita cenderung memulai dari konteks yang terlalu luas: sebuah negara! Padahal keadaan sebuah negara, bagaimanapun juga tergantung dari individu-individu yang tinggal di dalamnya.

Sederhananya, ketika kita mempertanyakan kemerdekaan sebuah Negara, kita juga mempertanyakan kemerdekaan tiap individunya. Maka dari itu, pertanyaan sebelumnya bisa kita ubah menjadi: apakah masing-masing kita sudah merdeka? Nah, dalam menjawab pertanyaan kali ini, kita bisa melihatnya dari banyak sekali poin. Salah satunya adalah: kemerdekaan dari prasangka.

Terkadang apa yang kita lihat belum tentu seperti kelihatannya, bisa saja itu hanya cerminan dari prasangka kita. Sebagaimana cermin, bila permukaannya bersih, maka bayangan yang dipantulkan akan terlihat jelas. Sebaliknya, bila permukaannya kotor/berkerak, maka bisa jadi kita tidak akan melihat bayangan yang sebenarnya (buram).

Begitu juga saat kita mempunyai sebuah masalah. Besar kecilnya masalah itu akan tergantung bagaimana kita memandangnya (dan besarnya hati kita juga sih). Masalah akan selalu ada, dan ketakutanlah yang menghalangi kita untuk menyelesaikannya. Masalah sepele bisa terlihat sangat besar bila kita menaruh prasangka negatif padanya. Sama ketika kita membenci seseorang, setiap tindakan atau ucapan yang dia buat akan selalu terlihat seperti masalah di mata kita.

Ada yang bilang, berpikirlah positif maka kamu akan menjumpai hal-hal positif. Bila kita suka menyebarkan energi positif ke lingkungan sekitar kita, kebaikan itu sedikit banyak akan memantul ke kita sendiri.

Dengan asumsi bahwa negara kita sudah merdeka, kita juga bisa mencoba memerdekakan diri kita dari prasangka.

@cahyoichi_

0 comments:

Post a Comment