Memancing Ikan

Aug 3, 2013

Ketika seseorang sedang memancing ikan di laut, terjadi dua hal yang sangat kontras. Bagi si pemancing, memancing ikan mungkin hanya semacam aktivitas untuk menyalurkan hobi atau mengisi waktu luang. Namun bagi si ikan, itu adalah perjuangan hidup dan mati.

Sadarkah?

Kita kadang tidak menyadari bahwa setiap orang mungkin memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu hal atau tindakan. Sebenarnya tidak salah untuk memandang sesuatu hanya dari satu sisi saja, hanya saja, kita tidak sempat untuk melihatnya dari sisi orang lain. Dengan demikian, sulit bagi kita untuk memiliki rasa peka.


Dengan pengabaian sisi yang lain itulah, kita sulit mengukur dan mengendalikan tindakan kita terhadap orang lain. Ketika kita melakukan sesuatu terhadap orang lain, kita tidak tahu apakah tindakan kita tersebut masih dalam batas wajar atau keterlaluan.

Ambil contoh ketika kita bercanda dengan orang lain. Ketika kita mengucapkan sesuatu, sadar tidak sadar kadang perkataan kita menyinggung. Beruntung kalau lawan bicara kita adalah teman dekat yang sudah saling memahami karakter, perkataan kita akan lebih mudah dimaklumi. Namun bila kita bicara dengan orang-orang yang agak sensitif, kita bisa saja menciptakan banyak musuh dalam lingkaran pertemanan.

Selain perkataan, kadang kita juga tidak memperhatikan kelakuan kita yang mungkin tidak disukai orang-orang di sekitar kita, misal: suka terlambat, suka meremehkan janji, dan semacamnya. Mungkin ada di antara teman kita yang tega mengingatkan, menusuk kita dari depan. Namun tidak jarang ada jenis teman yang lebih suka memendam dan menahan emosi terkait perilaku kita, yang kita sendiri pun kadang tidak sadar sudah melakukan kesalahan yang fatal. Dari sini kita tahu bahwa menjadi peka merupakan suatu hal yang krusial.

Tapi apakah selamanya perangai “memancing ikan” ini buruk? Mari kita telaah dari sisi yang satunya.

Bagaimana bila secara tidak sadar kita melakukan suatu kebaikan kecil yang sangat berarti bagi orang lain?

Pernah dengar kalimat “it means a lot for me”?

:)

Yup, kadang kita melakukan sesuatu yang menurut kita tidak ada apa-apanya, tetapi menurut orang lain sangat berarti. Misalnya membantu nenek-nenek menyeberang jalan, membantu menginstalkan Ms Office di laptop teman kita, atau yang paling erat hubungannya dengan bulan Ramadhan: zakat fitri.

Beberapa dari kita mungkin pernah mengalami pengalaman ini: memberikan uang seribu atau dua ribu kepada seorang pengemis, namun dia (pengemis) mendoakanmu dengan kalimat yang sangat panjang. Ingat bagaimana bila orang yang teraniaya berdoa.

Atau ketika kita memberikan donasi kepada sebuah yayasan, katakanlah senilai uang pulsa kita seminggu. Tentu sangat sangat ringan bagi kita, namun kita tidak tahu apa yang dirasakan orang-orang yang ada di yayasan tersebut.

Subhanallah.  Adakah orang di dunia ini yang berhak menilai tingkat kebaikan seseorang?

Jadi, sebaiknya kita tidak meremehkan kebaikan-kebaikan yang kita atau orang lain lakukan. Namun bukan berarti kita mengingat-ingat kebaikan itu. Seorang teman pernah menyampaikan sebuah kata mutiara: abadikan kebaikanmu dengan tidak mengingatnya.

Berarti, menjadi orang baik sekaligus “pemancing ikan” merupakan kombinasi karakter yang mengerikan!


“Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (11: 115)

0 comments:

Post a Comment