Beberapa waktu yang lalu, kepercayaan saya terhadap
kemanusiaan berkurang (lagi).
Menjelang Isya, gerimis tiba-tiba turun, tidak deras, tetapi
konstan.
Saya bersiap untuk berangkat ke masjid, kali ini agak
terburu-buru. Saya harus cepat. Karena sedang hujan, akan sangat berbahaya bila
saya terlambat dan harus sholat di pelataran Masjid Azzumar. Walaupun sudah
dipasang kajang, namun air hujan bisa saja bertingkah seperti perangai saya:
berontak.
Dan memang, seperti yang sudah-sudah, hujan memang membasahi
tempat sholat di pelataran. Posisi kajang yang tidak sepenuhnya bersinggungan
dengan bagian belakang masjid, memungkinkan air untuk menyeruak melewatinya.
Sementara itu di bagian belakang, lebih parah. Ruang terbuka menyebabkan
sesuatu yang orang jawa sebut dengan ketampon,
air hujan masuk bagian dalam kajang karena terbawa angin. Daerah pelataran yang
landai juga menyebabkan air menyerang lewat bawah. Lengkap sudah skema
pembasahan tempat sholat.
Air hanya bergerak sesuai hukum yang Dia gariskan atasnya. Ketidak-sempurnaan
alat yang manusia ciptakan untuk mengatasinya-lah yang menimbulkan kesan
pemberontakan.
Maka jelas, saya tidak boleh terlambat agar mendapat tempat
di dalam masjid. Kondisi memprihatinkan yang saya paparkan dalam catatan
ramadhan #1 akan semakin parah bila ditambah dengan kondisi yang basah.
Waktu itu saya tidak datang cukup awal, maka dari itu,
perasaan was-was muncul dalam perjalanan. Saya agak mengebut, sebagai wujud
ikhtiar. Saya berhasil, saya sampai di masjid dan masih mendapatkan tempat di
shaf agak depan.
Saya berhasil, dan entah bagaimana saya agak kecewa.
Sulit memutuskan siapa yang lebih membuat saya kecewa, diri
saya sendiri atau orang lain… yang tidak berangkat ke masjid waktu itu.
Saya datang tidak terlalu awal, namun masih mendapat tempat
di bagian depan… karena memang yang datang tidak terlalu banyak!
Kenapa saya ngebut dan kenapa saya khawatir tidak mendapat
tempat shalat adalah pertanyaan dengan jawaban sederhana: karena saya percaya
dengan apa yang saya pikirkan. Saya baru sadar kalau ternyata saya
men-generalisasikan semua orang. Saya pikir, karena sedang gerimis, orang-orang
akan berbondong-bondong datang lebih dulu ke masjid. Setiap orang tidak mau
kebasahan di luar, maka dari itu mereka akan berusaha mengamankan tempat di
dalam masjid.
Serius, saya tidak kepikiran.
Saya benar-benar baru sadar ketika sampai di masjid waktu
itu, bahwa ada juga yang berpikir kalau lagi gerimis ya ndak usah ke mesjid!
“Nggak boleh kecewa karena manusia, Cah!”
0 comments:
Post a Comment