Diskusi Kedua Bersama Embun

Mar 17, 2013


Sabtu minggu lalu merupakan pertemuan kedua kelas Soto Babat, pelatihan menulis “bahagia” yang diselenggarakan oleh Keluarga Embun. Kali ini lokasinya di Taman Nurul Qomaril, depan Monumen Pers. Aku sendiri biasanya cuma lewat di depan  taman tersebut tanpa tahu sejarah di balik pembuatannya. Kang Nass sempat bercerita bahwa taman Nurul Qomaril merupakan taman yang dulunya dibuat untuk tempat bermain Gusti Nurul Kamaril, putri Mangkunegaran, wanita Solo yang dikatakan paling cantik dan cerdas di jamannya. Yang menolak Ir Soekarno, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Sutan Sjahrir untuk memilih jalan hidup dan cinta yang sederhana. Awww.

Gusti Nurul Kamaril, kalau mau tau sejarahnya, cari aja di google.
Pelajaran yang diberikan pada hari ini adalah tentang Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang disampaikan oleh Mbak Avi. EYD itu penting bila untuk menulis artikel resmi atau karya ilmiah, jadi kalau tulisan di blog seperti ini EYD-nya meleset-meleset sedikit tidak apa-apa. Setelah menerima materi tersebut, aku sadar ternyata selama ini aku melakukan banyak kesalahan dalam cara menulis, misal cara menulis Mahakuasa yang ternyata digabung, penggunaan huruf miring (italic) dan tanda petik, sampai ke cara penulisan nominal uang rupiah. Kalau kalian tertarik untuk mempelajarinya juga, kalian bisa beli buku EYD, tapi yang standar ya. Kita di Embun juga sebelumnya juga disuruh untuk membeli dan membaca buku EYD beberapa hari sebelumnya. Aku saja sampai ke Gramedia terdekat karena toko alat tulis di dekat rumahku buku EYD-nya menurutku kurang standar.

Rak Tatabahasa di Gramedia Solo, surga EYD kalau aku bilang mah.

Sebenarnya didalam penugasan untuk membeli buku EYD tersebut, ada sempat memikirkan beberapa hal. Kenapa kita “harus” membeli buku EYD. Pengetahuan tentang Ejaan Sempurna harusnya diajarkan sejak dini, yang artinya masing-masing anak sekolah di negeri ini sudah punya sejak pelajaran bahasa Indonesia mulai disampaikan. Makanya tidak heran kalau banyak pelajar kita yang tulisannya (baik di sms atau status) menggunakan ejaan bahasa pedalaman di Russia.

Di sela-sela memberikan materi, Mbak Avi juga curhat bagaimana dia menjadi editor di majalah Embun. DI satu sisi, bisa dibilang kalau menjadi editor itu memuakkan, ada beberapa kesalahan ejaan yang sering terjadi dalam artikel yang dia kelola. Selain masalah EYD, jumlah kata juga jadi hal yang menyebalkan. Misal kadang Mbak Avi minta artikel dengan karakter 300 kata, tapi kontributor (orang-orang yang mengirimkan artikel) menulis hampir 600 kata. Bayangkan saja, harus dikurangi setengahnya tapi isi harus tetap sama, pesan dari penulis harus tersampaikan.

Terkadang, yang tidak disampaikanlah yang penting.

Setelah kuliah EYD selesai, kita tidak langsung pulang. Kang Nass bercerita dulu, memberikan motivasi. Aku sendiri tahu kalau banyak pelatihan menulis yang dibuka, dari yang mahal sampai yang gratis. Tapi pelatihan tetaplah pelatihan, menurut Kang Nass, tidak akan membuat kita menjadi penulis. Banyak mengikuti pelatihan akan memberikan kita banyak pengetahuan. Tapi yang membuat kita menjadi penulis bukan karena banyaknya pelatihan yang kita ikuti, tapi kedisiplinan dan keseriusan kita untuk terus menulis.Pernah aku bertanya ke Kang Nass: “apakah menulis ungkapan kegalauan termasuk?”. Beliau menjawab singkat. “termasuk”.

Secara spesifik beliau mengatakan kalau menulis setiap hari itu 300an kata sudah cukup, ini sudah berapa kata ya?

Mbak Avi bercerita juga mengenai pengalamannya menulis selama 100 hari non-stop. Menurutnya, orang yang menulis setiap hari itu wajahnya berseri-seri. Meminjam istilah yang dibuat Esty, tulisan bisa dikatakan sebagai “anak jiwa”, yang bisa kita telurkan setiap hari baik untuk meluapkan masalah atau menyampaikan pemikiran kita. Dalam menulis, kadang hal kecil sekalipun bisa memberikan kita inspirasi, dalam kasus Mbak Avi, daun jatuh.

Dalam menulis, kita seperti bisa mengungkapkan sesuatu yang tidak bisa di-verbal-kan. Kalau kata Raditya Dika, temannya pernah mengatakan kalau penulis itu adalah manusia aneh yang bisa mengubah kafein menjadi kata-kata.

Melihat dunia dari sisi lain.
@cahyoichi_ 

4 comments: