Serigala dalam Kepala

Mar 18, 2014

sumber: kompasiana
sumber: gambar di kompasiana
Di dalam kepala kita hidup dua ekor serigala. Serigala yang pertama adalah serigala yang membawa sifat-sifat baik seperti; jujur, pemaaf, suka memberi, ikhlas, dan sebagainya. Sementara serigala yang kedua membawa sifat-sifat jahat seperti; dusta, egois, pemarah, dan sebagainya. Kedua serigala tersebut setiap hari berkelahi di dalam tubuh kita.

Lalu, serigala mana yang akan menang? Jawabannya: yang lebih sering kita beri makan.

Tanpa sadar, kita sering memberi makan serigala jahat dengan menoleransi kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Terlalu sering. Padahal, ketika kita "mengijinkan"diri kita untuk melakukan sesuatu yang buruk, misalnya marah, kita akan lebih mudah marah di lain waktu--walau dengan provokasi kecil sekalipun. Sama halnya ketika kita membiarkan hati kita merasa iri atas apa yang didapatkan seseorang, bisa saja kedepannya kita akan mudah merasa iri kepada banyak orang yang lain.

Kita memberi makan serigala jahat, yang mana akan membuatnya lebih berenergi dan peluang menang di pertempuran berikutnya lebih besar. Ketika kita membiarkan salah satu emosi negatif menguasai diri, sebenarnya kita memberikan kesempatan pada emosi tersebut untuk lebih mudah menguasai kita di lain waktu. Seperti itulah psikologi emosi bekerja--cara kerja serigala dalam kepala kita.

Dengan kata lain, bila kita membiasakan diri untuk melakukan sesuatu yang baik, misal memasukkan uang ke kotak infak atau memaafkan kesalahan orang lain. Insyaallah kita akan merasa lebih mudah melakukan semua itu di lain waktu, sehingga nantinya kita bisa meningkatkan kualitas perilaku baik kita. Sudah sepantasnya kita rajin memberi makan serigala baik, dan membantunya menang dalam konflik batin yang setiap saat melanda diri kita.

Ketika serigala baik tengah bertempur dengan serigala jahat dalam kepala kita, sesungguhnya itu mewakili pertarungan kita dengan diri kita sendiri. Yang mana, kata Napoleon, "Satu-satunya penaklukan permanen dan tidak menyisakan penyesalan adalah penaklukan atas diri sendiri". Jadi memang sebenarnya pertarungan yang paling berat memang bagaimana kita mengalahkan diri kita sendiri. Bagaimana kita mengalahkan rasa malas yang menghinggapi, atau rasa marah ketika tengah sakit hati.

Konon, orang terkuat adalah orang yang dapat mengendalikan amarah. Setelah kita mengumbar kemarahan kita, bisa saja kita malah menyesal. Ketika kita bisa lebih tenang dan menahan marah, kita memiliki kesempatan untuk instrospeksi diri, di mana kita akan menemukan kesalahan kita dan memperbaikinya. Maka dari itu tidak berlebihan bila Napoleon mengatakan penaklukan atas diri sendiri itu sama sekali "tidak menyisakan penyesalan".

Ada kalimat bagus: sejak kapan bersikap kasar menunjukkan kekuatan dan sikap sopan santun menunjukkan kelemahan?

Maka dari itu, seseorang dengan karakter yang baik memiliki serigala baik yang kuat dalam kepalanya. Jadi sekali lagi, jangan biarkan serigala baik dalam kepala kita kelaparan.

@cahyoichi_

1 comment:

  1. Gue lebih suka siberian huskey sih. Jadi gue harap yang ada di kepala gue bukan serigala. *apasih

    ReplyDelete