Lalu, serigala mana yang akan menang? Jawabannya: yang lebih sering kita beri makan.
Tanpa sadar, kita sering memberi makan serigala
jahat dengan menoleransi kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Terlalu
sering. Padahal, ketika kita "mengijinkan"diri kita untuk melakukan
sesuatu yang buruk, misalnya marah, kita akan lebih mudah marah di lain
waktu--walau dengan provokasi kecil sekalipun. Sama halnya ketika
kita membiarkan hati kita merasa iri atas apa yang didapatkan seseorang,
bisa saja kedepannya kita akan mudah merasa iri kepada banyak orang
yang lain.
Kita memberi makan serigala jahat, yang mana
akan membuatnya lebih berenergi dan peluang menang di pertempuran
berikutnya lebih besar. Ketika kita membiarkan salah satu emosi
negatif menguasai diri, sebenarnya kita memberikan kesempatan pada emosi
tersebut untuk lebih mudah menguasai kita di lain waktu. Seperti itulah
psikologi emosi bekerja--cara kerja serigala dalam kepala kita.
Dengan kata lain, bila kita membiasakan diri untuk
melakukan sesuatu yang baik, misal memasukkan uang ke kotak infak atau
memaafkan kesalahan orang lain. Insyaallah kita akan merasa lebih
mudah melakukan semua itu di lain waktu, sehingga nantinya kita bisa
meningkatkan kualitas perilaku baik kita. Sudah sepantasnya kita rajin
memberi makan serigala baik, dan membantunya menang dalam konflik batin
yang setiap saat melanda diri kita.
Ketika serigala baik tengah bertempur dengan
serigala jahat dalam kepala kita, sesungguhnya itu mewakili pertarungan
kita dengan diri kita sendiri. Yang mana, kata Napoleon, "Satu-satunya
penaklukan permanen dan tidak menyisakan penyesalan adalah penaklukan
atas diri sendiri". Jadi memang sebenarnya pertarungan yang paling berat
memang bagaimana kita mengalahkan diri kita sendiri. Bagaimana kita
mengalahkan rasa malas yang menghinggapi, atau rasa marah ketika tengah
sakit hati.
Konon, orang terkuat adalah orang yang dapat
mengendalikan amarah. Setelah kita mengumbar kemarahan kita, bisa saja
kita malah menyesal. Ketika kita bisa lebih tenang dan menahan marah,
kita memiliki kesempatan untuk instrospeksi diri, di mana kita akan
menemukan kesalahan kita dan memperbaikinya. Maka dari itu tidak
berlebihan bila Napoleon mengatakan penaklukan atas diri sendiri itu sama sekali "tidak
menyisakan penyesalan".
Ada kalimat bagus: sejak kapan bersikap kasar menunjukkan kekuatan dan sikap sopan santun menunjukkan kelemahan?
Maka dari itu, seseorang dengan karakter yang baik
memiliki serigala baik yang kuat dalam kepalanya. Jadi sekali lagi,
jangan biarkan serigala baik dalam kepala kita kelaparan.
Gue lebih suka siberian huskey sih. Jadi gue harap yang ada di kepala gue bukan serigala. *apasih
ReplyDelete