Masih Percaya the Power of Kepepet?

Mar 18, 2014

Tulisan kali ini masih berhubungan dengan tulisan yang berjudul Ketika Kita Menyingkirkan Deadline. Saya akan membahas faktor lain yang membuat kita bermasalah dengan deadline, yaitu sifat suka menunda. Sedikit review, kemarin saya menyinggung tentang bagaimana deadline yang tertunda bisa menjadi masalah baru. Kita yang biasa bermasalah dengan waktu luang, akan sulit mengatur waktu ekstra. Kadang kita malah berakhir dengan masalah yang sama: tekanan waktu, stress, dan perasaan tidak siap.

Lalu bagaimana dengan orang yang memang senang bila deadlinenya "tertunda"? Sama saja, mereka melewati waktu tambahan tanpa peningkatan kualitas pada hasil akhir pekerjaan. Banyak orang menjadikan pernyataan "inspirasi datang saat kepepet" sebagai pembenaran untuk menunda pekerjaan. Mereka yang sudah terlanjur mengandalkan "the power of kepepet" menjadi tidak punya alasan untuk mengerjakan tugas di awal waktu.

Seperti tulisan-tulisan lain, tulisan ini juga pengingatan untuk diri pribadi. Jadi di sini saya bukannya bebas dari sifat suka menunda, saya malah merasa hal ini sudah menempel akut pada diri saya. Saya sering sekali menunda pekerjaan, terutama tugas kampus. Bukan karena saya menggampangkan tugas, saya tahu tingkat kesulitan tugas, namun tetap saja saya tidak segera mengerjakan di awal waktu. Terlebih ketika tugas tersebut dikumpulkan via email, dan dosen hanya menyebutkan tanggal deadline (tanpa jam dan tanpa di print), ya saya mengerjakannya malam dan mengumpulkan nyaris tengah malam--terlalu. Memang, fasilitas yang semakin mudah kadang malah jadi cobaan yang berat untuk tidak sungguh-sungguh bekerja.

"Saya merasa oke, karena saya bisa bekerja lebih baik dalam tekanan." Ungkap para penunda. Well, menurut saya dia tidak bisa benar-benar bekerja lebih baik. Tidak ada yang bisa. Mungkin lebih tepatnya: karena dikejar tuntutan maka saya bisa menyelesaikan pekerjaan bagaimanapun caranya. Secara psikologis, mengatakan bahwa kita bisa bekerja lebih baik dalam tekanan adalah hal yang nyaris tidak masuk akal, karena "tekanan" memiliki pengertian: "saya hanya punya sedikit lagi waktu untuk menyelesaikan tugas". Menganggap bahwa semakin sedikit waktu maka hasil pekerjaan semakin baik seperti mengklaim bahwa semakin sedikit waktu tidur membuat kita semakin segar.

Jika kita termasuk penunda pekerjaan, tidak berlebihan rasanya bila mengatakan bahwa kita hanya bisa bekerja bila ada tekanan waktu. Tanpa tekanan, kita tidak bekerja--sesimpel itu hukumnya. Maka dari itu, seperti masalah pada tulisan Ketika Kita Menyingkirkan Deadline, deadline yang tersingkir akan jadi masalah besar untuk kaum penunda. *Eh tapi bukankah kaum penunda yang suka usul biar deadline-nya mundur?*

Solusinya hampir sama. Jika kita suka menunda, kita perlu menjaga agar kita tetap dalam tekanan--yaitu dengan memecah deadline menjadi beberapa bagian. Misal, kita mendapatkan tugas untuk membuat paper, kita bisa menentukan deadline pribadi untuk masing-masing chapter dalam paper tersebut. Dengan begitu, penyelesaian tugas akan lebih terstruktur tekanan terus terjaga. Selain itu, kita memiliki waktu sebelum pengumpulan untuk mengedit kembali tugas kita, meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang tidak kelihatan namun krusial.

Jadi, masih percaya the power of kepepet?

0 comments:

Post a Comment