Sepasang Sayap yang Terbuat dari Kaca

Nov 13, 2011

Aku memang hanya manusia, sebesar apapun keinginanku untuk bisa terbang.

Ketika dihadapkan pada pilihan apakah aku tetap mencoba untuk terbang atau mengikuti arus, teori fisika dan realita menekanku untuk tetap pada arus yang benar, kadang ada sedikit keinginan untuk mencoba, tapi cukup kuat untuk membuatku melakukan hal gila. Aku lalu membuat sepasang sayap yang terbuat dari kaca.

Aku berhasil, dan memulai penerbangan pertamaku, di suatu pagi yang dingin, cukup dingin untuk menulis sebuah cerita. Aku mencoba terbang lurus ke kampus, untuk mengetahui seberapa dekat kampusku jika aku menarik garis lurus dari rumah. Aku melewati sawah yang mulai menguning dan petani yang terlihat bahagia bisa hidup jauh dari kesombongan kota. Aku melewati jalan raya, bis-bis menyebalkan yang membuat perjalanku ke kampus jadi semi-action itu terlihat begitu kecil dan rapuh. Aku akhirnya sampai di kampus.


Manusia memiliki sifat manusiawinya yang membuat seorang manusia itu manusia. Sebenarnya saat aku memulai terbang dari rumah tadi, pada hakekatnya aku sudah jatuh. Ketika melewati parkiran kampus, terbesit keinginan untuk terbang lebih jauh lagi, dan akupun melakukannya. Aku terus terbang melewati perbatasan kotaku. Lalu terus lebih terbang jauh lagi, dan aku berhasil mengelilingi Indonesia.

Aku ingin terbang lebih jauh, aku ingin ke Eropa. Dengan kecepatanku waktu itu, akan butuh 9 jam untuk sampai ke Eropa. Tapi itu tidak masalah, aku korbankan lagi satu jam untuk bisa sekalian mengelilingi Asia. Aku memutuskan untuk tidak terbang terlalu tinggi, aku takut melewatkan setiap detail hamparan Asia. Aku menyaksikan bagaimana Tembok China, yang bahkan bisa dilihat dari bulan, terlihat begitu jelas dari jarak sedekat ini. Aku juga melihat hamparan putih Siberia yang luas, yang langsung menyambung ke Rusia. Ketika melihat kutub utara, aku berbelok ke barat, menelusuri Rusia dan akhirnya menuju Eropa.

(bersambung), pic source: here

10 comments:

  1. titip kacang rusia ya,, nek uis ketuk kono,,,

    ReplyDelete
  2. jujur setelah membaca tulisan ini, jadi penasaran seperti apa sih sosok Cahyo 'Parkiran Kampus' Adi Nugroho itu. sepertinya sosok yg sangat sangat menghargai indahnya kata2 nih.. hehe

    ReplyDelete
  3. .wah, mas pondra muncul lagi, lama ga jumpa mas, tak kiro diculik lho dirimu,

    .aku to mas? aku itu anak pressdiv Edcom, dakwah SKI, kesekretariatan kabinet dan deputi informasinya BEM, staf kesayangan mbak farida yg komen di atasmu itu, haha

    .iya di tulisan2 sbelume pun aku juga suka mbagusin kata2 walau ga ada isinya, kalau bahasanya pak yuyun form'nya, karena ak belum punya background pngetahuan yg banyak untuk dituangkan di tulisan, jdi smentara bisanya gitu,

    ReplyDelete
  4. haha.. akhirnya aku kembali lagi ke dunia blog...

    hmmm.. banyak banget nih aktivitasnya Cahyo.. kereeeennn..
    mahasiswa memang harus aktif, biar banyak gerak. dan badan pun jadi sehat.. hehe

    wow, spertinya Cahyo bakal tertarik jurusan Sastra nih semester depan.. hehe

    oiya, ngomong2 kok background jadi pink???? penggemar Patrick kah? atau memang penggemar warna pink???

    ReplyDelete
  5. .masih bingung mas antara translation sama sastra, tpi lebih ke translationnya sih.

    .ini bukan pink mas, ini warna merah yg dilembutkan, berkaitan dngn warna favoritku yg udah ganti dari biru jadi merah.

    ReplyDelete
  6. dia aktif mas kalo lagi aktif
    dan cahyo masih malu dan berdalih kalo ini bukan warna pink, ini warna pink yang agak digelapkan warnanya

    ReplyDelete
  7. emng susah kalo punya ketum kaya atas ane

    ReplyDelete
  8. hmm.. translation ya?? let's see apakah ntar jadi masuk translation, atau berpaling ke sastra.. hehe

    tp sekarang dah tidak pink lagi. melainkan krem..

    ReplyDelete
  9. .oke kita liat aja nanti, kekeke ~
    .ngomong2 mas pondra mainstreamnya apa?

    ReplyDelete