Internet dan Kekuatan Iman

May 8, 2013

Seberapa percaya kamu pada media? Sekali lagi, orang muslim perlu menjadi pembaca yang cerdas.
Tantangan yang dihadapi suatu kaum itu berbeda pada setiap era. Cobaan yang kita hadapi saat ini berbeda dengan tantangan yang dihadapi oleh kakek-nenek kita, lebih berbeda lagi dengan yang dialami Nabi SAW. Kita berada di era teknologi informasi, dimana hampir setiap informasi yang kita inginkan tersedia di internet. Poinnya adalah, di samping banyaknya informasi yang benar di internet, pasti ada juga informasi yang salah.

Inilah yang menjadi salah satu tantangan kita sebagai umat muslim sekarang. Selain menjadi media yang memudahkan akses ke hal-hal mudarat, kita juga di hadapkan pada kemampuan mengerikan media internet yang lain: menanamkan ide-ide yang kurang tepat pada pikiran kita dan membuat kita memiliki “kesadaran palsu”. Ide-ide yang kurang tepat tersebut bisa kita hindari bila ide itu benar-benar terlihat salah, misal ide tentang terorisme. Masalahnya adalah, orang yang memiliki media itu sangat pintar, mereka menanamkan ideologi mereka dengan cara yang halus. Mereka meletakkan pesan-pesan tersembunyi pada suatu hal dan mengulanginya secara terus-menerus, dengan begitu otak kita seperti tercuci.

Tidak bisa dipungkiri, semakin hari teknologi internet semakin melekat pada diri kita, terutama media jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, atau YouTube. Kalau kita tidak menjadi pengguna internet yang cerdas, dalam arti bisa menyaring setiap informasi yang ada, kita semakin mungkin untuk terhegemoni. Contoh kasus yang bisa kita temui adalah bagaimana sekelompok orang menyebarkan ideologi pluralisme lewat musik dan video di Youtube. Salah satu video musik tersebut dibuat oleh seseorang bernama Mo Sabri dengan judul video Mo Sabri – I Believe in Jesus!

Melihat dari judul lagu dan sebagian liriknya, cukup aman bila kita berasumsi bahwa Mo Sabri adalah seorang nasrani. Bagi yang sudah pernah melihat video musik The Chosen One-nya Maher Zain, video milik Mo Sabri ini seperti tandingannya. Dalam video tersebut, Mo Sabri menggambarkan Jesus dengan representasi orang yang baik, bersedekah kepada pengemis, dan melerai orang yang berkelahi.

Salah satu adegan dalam video Mo Sabri, penokohan Jesus.

Satu hal yang menarik dari lirik lagu itu, Mo Sabri bisa menyampaikan pesannya sesuai dengan logika kita sebagai muslim. Dalam liriknya dia mengatakan ”In the west they call him Jesus, in the east they call him Isa, Messiah, Christ…” atau “Why does our religion always have to cause division? In reality we're all more similar than different…”. Selain itu, pesan yang dia berikan tampak benar: “If we don't have peace, we'll end up in pieces. Treat people the way that you want to be treated”. Pesan itu disampaikan dalam reff dengan nada yang bagus dan mudah dinyanyikan.

Walau tidak semuanya, kita bisa melihat kalau penyebaran ide-ide plularisme ini semakin mengarah ke ateisme. Kesadaran palsu yang ditanamkan pada masyarakat adalah bagaimana kita tetap bisa berbuat baik kepada sesama manusia tanpa perlu menganut sebuah agama. Terlepas dari semua pesan ke-nasrani-annya, di akhir videonya Mo Sabri menambahkan kalimat “Even if a unity of faith is not possible, a unity of love is”. Pesan tersebut secara tidak langsung menyebut bahwa agama (iman) merupakan alasan yang membuat umat manusia tidak bisa bersatu.

Dengan asumsi itu pula, organisasi penganut paham humanisme terbesar di Amerika Serikat, American Humanist Association (AHA), mengkampanyekan paham ateis atau tidak percaya Tuhan bagi anak-anak dan remaja. Melalui situs kidswithoutgod.org, mereka memberikan penjelasan ke anak-anak dan remaja bahwa ada jalan lain mempelajari moral dan nilai-nilai kehidupan tanpa harus melalui agama “tradisonal”. Aksi-aksi semacam ini sedikit banyak telah menggoyahkan keyakinan beberapa orang. Maka dari itu penganut ateis di Amerika Serikat meningkat sebanyak lima persen dalam lima tahun terakhir (The Daily Mail).

Padahal tanpa Islam, kebaikan yang sebenarnya tidak akan bisa diraih. Seperti dalam sebuah hadist,
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan pada dirinya maka Allah akan memahamkan dia dalam urusan agama…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menjadi muslim bukan berarti mengisolasi diri dari “hal baru”. Dengan semakin lebarnya bidang garap dakwah, maka pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai salah satu medianya menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri.

Pelajari media, perjuangkan iman, pelajari bahasa dan logika mereka agar target dakwah kita bertambah.

0 comments:

Post a Comment