Terdidik dan Bangkit

May 9, 2013

Bulan Mei menjadi begitu spesial karena dua hari libur nasionalnya, Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dan Hari Kebangkitan Nasional. Karena itu, bulan ini identik dengan tema perjuangan, banyak sekali diskusi dan seminar diselenggarakan untuk menyambut tema ini. Namun, pernahkah terpikir kenapa kedua hari besar tersebut bisa muncul dalam satu bulan? Kalau dilihat dari konteks sejarah, dua hal yang melatar-belakangi kedua hari raya ini memang terjadi di tahun yang berbeda. Namun, bukan berarti kita tidak bisa membaca tanda yang ada di antara dua hari raya tersebut.

Tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) bukan tanpa alasan. Hal tersebut mengacu pada konteks sejarah perjuangan Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Seperti RA Kartini, Ki Hadjar Dewantara mengabadikan pemikirannya dengan menulis. Tulisan-tulisan beliau begitu komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial. Tanggal 2 Mei sendiri diambil dari tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara, beliau lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.

Untuk Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), kita mengacu pada sejarah terbentuknya organisasi Boedi Oetomo. Organisasi ini didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA. Pada awalnya, organisasi ini bergerak di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Seiring berjalannya waktu, Boedi Oetomo kemudian menjadi gerakan politik yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia. Karena dianggap sebagai organisasi yang menjadi pelopor bagi organisasi kebangsaan lainnya, maka tanggal kelahiran Boedi Oetomo yaitu 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Bila kita cermati, sejarah lahirnya kebangkitan nasional pada tahun 1908 disebabkan oleh munculnya kaum terpelajar. Itu berarti, ilmu memang sangat dibutuhkan untuk membuat perubahan besar. Tokoh-tokoh pergerakan nasional yang menjadi penggerak munculnya organisasi-organisasi modern pada masa itu, seperti Dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Sutomo, Soekarno, Agus Salim, dan sebagainya lahir dari dunia pendidikan. Dengan kata lain, pengaruh pendidikan pada masa perjuangan membuka kesadaran kaum terpelajar untuk bangkit dari keterpurukan sebagai bangsa yang terjajah. Mereka semua terdidik, kemudian bersama-sama mengusung kebangkitan, sebuah cara pandang yang mungkin juga bisa untuk menjawab kenapa Hardiknas dan Harkitnas berada pada satu bulan.

Waktu itu meski awalnya Belanda hanya membuka sekolah-sekolah bagi golongan bangsawan dan mampu, tetapi justru dimanfaatkan oleh golongan elit Indonesia untuk mengubah nasib bangsanya. Bagaimana dengan keadaan negeri ini sekarang? Kita sendiri adalah orang-orang yang berkesempatan untuk mendapatkan pendidikan tinggi, namun kebangkitan apa yang sudah kita capai? Sebelum ke pertanyaan itu, apakah jiwa perjuangan itu sendiri sudah hadir pada diri kita masing-masing?

0 comments:

Post a Comment