Pembahasan Facebook dalam Al Qur’an

Apr 28, 2013



Ada dua hal yang membuat saya menulis tentang hal ini. Yang pertama, kajian tentang hal ini sempat menjadi tema dalam Kajian Sastra dan Seni Rupa pada hari Kamis, 4 April 2013. Saya tertarik dengan tema itu tetapi tidak bisa mengikuti kajiannya karena ada kelas, maka dari itu saya mencari materi ini di internet. Yang kedua (hehe..), saya ingin mencoba menulis sebuah cocologi. Kalian tahu? Sebuah istilah yang biasa digunakan orang-orang “pengaku” atheist (ateis) untuk menyerang umat beragama. Definisi sederhananya adalah: kebiasaan umat beragama yang suka mencocokan hal-hal tertentu dengan isi kitabnya, seperti sains, sejarah, dan lain-lain.

Mungkin nanti ada yang mau membahas lebih jauh tentang cocologi, sekarang kembali ke judul.

Selain berisi peringatan dan kabar gembira (lihat Surat Maryam ayat 97), Al Qur’an juga berisi “ramalan”. Surat Ar-Rum ayat 2-4 menyebutkan bahwa Romawi akan menang melawan Persia. Hal tersebut benar-benar terjadi beberapa tahun kemudian. Romawi akhirnya menang telak dalam peperangannya melawan Persia setelah sebelumnya kalah. Contoh lain ada pada peristiwa fathul Mekah yang dijelaskan dalam surat Al-Fath ayat 27, dengan konteks pembenaran mimpi Rasulullah SAW. Kejadian tersebut pada akhirnya juga terjadi.


Terkait dengan munculnya fenomena facebook atau jejaring sosial lain sekarang ini, secara tidak langsung Allah SWT sudah menyatakannya pada surat Al-Ma’arij ayat 19-21, yang artinya:

“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan dia jadi kikir.”

Bisa menangkap hubungan antara ayat tersebut dengan facebook?

Meskipun tidak semua, kita sama-sama menyaksikan kalau sebagian besar status yang terupdate di newsfeed kita berisi keluhan. Sakit dari mulai bisul, jerawat, sampai ayan di update di status. Selain penyakit, masalah cuaca pun juga di update. Sedang hujan, mengeluh tidak bisa kemana-mana. Sedang panas, mengeluh kepanasan. Berbagai macam masalah, mulai dari yang besar sampai kecil, lebih sering kita share di facebook daripada kita adukan langsung kepada Allah SWT.

Padahal, banyak mengeluh itu tanda kalau kita kurang bersyukur. Konon kalau kita banyak bersyukur, Allah SWT akan menambah nikmat kita. Kalau kita tidak bersyukur (kufur), sesungguhnya azab Allah itu sangat pedih (lihat Surat Ibrahim ayat 7). Maka dari itu, jangan heran kalau ada orang-orang yang setiap hari selalu ada yang bisa dikeluhkan. Semoga keluhannya di dengar oleh yang punya facebook. Haha!

Saya sendiri sering anyel terhadap orang-orang yang sering mengeluh di facebook atau twitter, apalagi mahasiswa, dan tentang tugas. Ayolah, mahasiswa itu ditutut untuk berpikir kompleks, maka dari itu tugasnya sering banyak. Kalau menjadi mahasiswa biasa saja sudah mengeluh, bagaimana kalau mereka melihat dari sudut pandang mahasiswa aktivis? Para mahasiswa yang identitas dan amanahnya lebih banyak.

Jadi itu tadi sedikit cocologi yang bisa saya tulis, bukan tentang sains atau sejarah, tapi lebih ke penghubungan konteks. Memang sedikit menyerang “pengaku” ateis, tapi di sini saya lebih ingin mengingatkan agar kita mengurangi kebiasaan mengeluh di jejaring sosial dan mulai memanfaatkannya untuk hal-hal yang positif.

Tapi Cah, kalau manusia berhenti mengeluh, ayat di atas menjadi nggak valid dong? Mungkin yang dimaksud di ayat itu adalah manusia pada umumnya, dengan kata lain, yang mainstream. Maka dari itu, penting bagi kita untuk bisa mendobrak mainstream tersebut.

Jadi kalau kita sudah nggak suka mengeluh, kita bukan manusia dong?

Astagfir. Wallahu a'lam bishawab". Dan Allah-lah yang paling tahu.

0 comments:

Post a Comment