Khalid bin Walid

Apr 10, 2013

Beberapa waktu yang lalu, salah satu bab di buku yang saya baca menyinggung tentang Khalid bin Walid (RA).  Buku itu tentang ketauhidan. Penulis memberikan contoh dengan gambaran bagaimana Khalid bin Walid pada suatu ketika dipecat sebagai panglima perang oleh Khalifah Umar (RA), namun tetap ikut dalam pasukan. Ketika orang-orang heran mengapa setelah dipecat beliau tetap terjun ke medan pertempuran, Khalid bin Walid berkata, “Aku berperang bukan untuk Khalifah Umar, aku bertempur untuk Allah semata.”

Antara subhanallah dan wow. Saya jatuh cinta pada Khalid bin Walid. Tidak hanya karena ketauhidannya, tapi karena proses pemecatan itu. Khalid bin Walid, yang oleh Baginda Rasulullah SAW sendiri dijuluki Pedang Allah (Syaifullah), harus dipecat oleh Amirul Mu’minin justru karena tidak pernah kalah. Atas ijin Allah SWT, beliau sebagai panglima memang belum pernah kalah dalam setiap pertarungannya, seperti waktu melawan Persia, Irak, dan lain-lain. Karena selalu menang itulah, prajurit-prajuritnya mulai memuja dan memujinya. Tidak jarang orang yang membuat syair untuk memuja kepahlawanan Khalid bin Walid. Sebagai seorang khalifah, Umar (RA) harus menjaga akidah umatnya, beliau khawatir umatnya menjadi syirik karena terlalu memuja Khalid bin Walid. Maka dari itu, Khalifah Umar memutuskan untuk memecatnya.
Kemudian pikiran saya kembali kepada istilah Pedang Allah. Waktu kecil saya suka dengan cerita Nabi dan pernah juga mendengar nama Khalid bin Walid, tapi untuk julukan Pedang Allah-nya, saya baru mengetahuinya beberapa waktu yang lalu. Bayangkan, bagaimana caranya orang mengalahkan Pedang Allah? Imajinasi saya langsung menuju ke pertempuran pasukan Islam jaman dahulu, dan membayangkan betapa kuatnya mereka. Bagaimana panglima perang mereka menyerang menerjang menebas kiri-kanan dan mematikan mental musuh bahkan sebelum beliau mendekatinya.

Penasaran dengan sejarah yang lebih lengkap, saya mencari judul buku tentang beliau di google. Ada salah satu buku yang berjudul “The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed, His Life and Campaigns” yang ditulis oleh A.I. Akram, mantan Letnan Jenderal Pasukan Pakistan, pada bulan Oktober 1969. Alhamdulillah sudah ada ebook-nya, tetapi masih dalam bahasa Inggris (nangis T.T). Sementara ini ebook-nya baru saya baca sekilas-sekilas, isinya bagus dan cukup detail. Saya sempat membuka situs Gramedia online dan mencari buku yang sama yang sudah diterjemahkan. Rupanya ada, tetapi hingga saat ini saya belum mengeceknya secara langsung ke Toko Buku Gramedia.

Pengalaman ini membuat saya tercerahkan sekaligus malu. Ternyata kisah-kisah pahlawan Islam jaman dahulu sungguh luar biasa, ini saja baru salah satu tokoh. Bagaimana bisa saya sebagai muslim justru lebih tahu sejarah Captain Amerika dengan Hydra-nya daripada Khalid bin Walid dengan Perang Yarmuk-nya? Mungkin saya yang terlalu bodoh hingga pikiran ini mudah direkonstruksi media-media barat untuk lebih mengenal “pahlawan-pahlawan buatan” mereka. Sejarah-sejarah seperti ini pasti sudah ditutup-tutupi oleh barat sehingga kita seperti kehilangan motivasi untuk bergerak. Dari SD sampai kuliah, buku sejarah kita selalu berisi sejarah-sejarah barat, bukan sejarah Islam. Kita seakan dibuat lupa kalau Islam pada zaman dahulu pernah begitu kuat dan menguasai 2/3 dunia.

Saya juga sudah mengunduh beberapa video tentang Khalid bin Walid di youtube. Dikisahkan bahwa beliau adalah orang yang memeluk Islam dan menjadi panglima perang terbaik yang pernah ada. Beliau mampu mengontrol kudanya dengan lutut dan di waktu yang sama memegang dua pedang. Beliau memiliki tubuh yang tinggi perkasa, bahu yang lebar, memiliki pemikiran yang bijak dan mata elang yang digunakannya untuk bertarung. Beliau memperoleh julukan Syaifullah, atau dalam bahasa kita berarti Pedang Allah. 

0 comments:

Post a Comment