Semangat dalam Tanda Hashtag

Apr 13, 2013

Hari-hari awal bulan April biasanya menjadi waktu yang cukup sibuk bagi para pejuang dakwah (kampus), terutama yang bergerak di bidang media. Mereka menggencarkan informasi mengenai sejarah kelam April Mop kepada masyarakat. Melalui berbagai media, mereka mencoba untuk memperbaiki persepsi masyarakat, terutama umat muslim, mengenai fenomena April Mop yang ternyata sejarahnya sangat mengerikan.

Pejuang-pejuang dakwah yang kebetulan jadwal pembuatan buletinnya berdekatan dengan awal April, kemungkinan besar mengangkat isu tersebut untuk dijadikan fokus utama. Selain itu, mereka menggunakan media online, seperti twitter dan facebook yang daya jangkaunya lebih luas. Sedangkan bagi saya sendiri, yang mana awal bulan lalu SKI FSSR sedang permulaan periode dan masih mengumpulkan “nyawa”, melakukan kontribusi yang menurut saya cukup: me-retweet tweet-tweet JN UKMI yang sedang menyampaikan “kuliah” tentang bagaimana menyikapi April Mop.

Salah satu hal yang berhasil menangkap perhatian saya waktu itu adalah bagaimana beberapa orang membuat beberapa hashtag plesetan untuk mengonter hashtag #AprilMop, salah satunya adalah #AprilMove. Hashtag tersebut bagi saya sangat cetar karena waktu itu memang ada beberapa masalah yang harus diselesaikan. Saya langsung meniru hashtag tersebut untuk membuat tweet saya sendiri. Saya benar-benar suka dengan orang yang berhasil menemukan cara untuk mengonter propaganda-propaganda jahat media.

Saya sendiri merasa memang bulan ini adalah waktunya bergerak, untuk menyelesaikan masalah lama dan membuat masalah baru. Untuk merekam semangat pada pagi hari itu, saya menuliskan kata #AprilMove di kertas kemudian saya tempelkan di dinding kamar. Sampai sekarang tulisan itu masih ada. Sebagaimana mimpi yang kita tempelkan lima sentimeter di depan dahi, harapannya ketika saya sedang sok-sokan males saya bisa melihat kembali tulisan tersebut.

Sepertinya kebanyakan orang memang bertipe “ikut isu”, gembor-gembor ketika sebuah isu muncul, kemudian normal lagi ketika isu itu hilang. Misal ketika Hari Bumi, orang-orang tiba-tiba menjadi tukang bersih dadakan, mengadakan aksi bersih-bersih lingkungan dan melakukan kampanye-kempanye. Beberapa hari setelah Hari Bumi berlalu, botol-botol air mineral kembali dilempar begitu saja, duh. Hari Bumi itu seharusnya setiap hari, begitu juga dengan #AprilMove.

Saya mulai merasa menjadi bagian dari kaum “ikut isu” tersebut ketika beberapa hari terakhir saya “menjeda” proses menulis. Masalah sinyal ternyata benar-benar sebuah pembenaran di kepala saya karena sejak kemarin sebenarnya sinyal sudah membaik. Belum ada setengah bulan semenjak saya tanamkan semangat #AprilMove, saya mulai berhenti moving. Itu saja sudah saya tuliskan dalam sebuah kertas, apalagi bila tidak saya tulis. Fenomena ini bisa juga tercermin dalam ibadah kita, misal, ketika Bulan Ramadhan semangat ke masjid, setelah Ramadhan kembali ke insting awal. Itulah mengapa Allah SWT menyukai orang-orang yang istiqomah, karena memang susah.

Lewat tulisan ini saya mengingatkan pada diri saya sendiri dan teman-teman semua untuk tetap menjaga api di dalam hati masing-masing. Kita tidak perlu memiliki api yang besar pada awal dinyalakan tetapi kemudian perlahan padam. Api kecil saja sudah cukup asal bisa terus menyala dan membuat kita hangat. Bagaimana kita bisa menghangatkan daerah sekitar kita bila kita tidak sendiri memiliki api?

#AprilMove

Semoga semangat itu tidak hanya sebatas hashtag dan berakhir tenggelam di timeline twitter awal bulan lalu. Sebuah semangat yang seharusnya bisa mendorong kita untuk tetap istiqomah berdakwah dengan cara yang kita senang melakukannya. Insyaallah dan amin

Terus bergerak untuk berdakwah, stop means die.

2 comments:

  1. Verba volant, scripta manent. Yang terucap akan kan lenyap tak berjejak, yang tertulis akan adi mengabadi. Semangat!

    ReplyDelete