Rijaalul Fajri (Laki-laki Pagi)

Apr 28, 2013

Di sini saya menyampaikan sebuah istilah yang menurut saya sangat menarik, Rijaalul Fajri atau Laki-laki Pagi.

Beberapa waktu yang lalu, saya mendengar istilah baru yaitu Rijaalul Fajri atau Lelaki Pagi, yang artinya adalah lelaki yang menghidupkan waktu pagi. Sebenarnya kata rijaal di sini tidak hanya merujuk ke laki-laki, tetapi juga wanita. Seperti ketika kita menyebut mahasiswa, mahasiswi juga ikut masuk ke dalamnya. Maka dari itu, arti kata Rijaalul Fajri yang tepat dalam konteks ini adalah “Manusia Pagi”.

Dalam ajaran Islam, kita sangat dianjurkan untuk menjadi seorang manusia pagi. Salah satu bentuk kegiatan yang bisa kita lakukan adalah dengan memperbanyak dzikir  pagi setelah Sholat Subuh sampai waktu matahari terbit agar mendapat banyak rahmat. Seperti salah satu firman Allah SWT,

“Dan sebarkanlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang untuk mengharapkan keridhaan-Nya” (Al-Kahfi:28).

Sebelumnya kita mungkin sudah mengetahui kalau kita dianjurkan untuk tetap berada di dalam masjid, tetap berdzikir ketika selesai Sholat Magrib sambil menunggu Sholat Isya’. Melalui ayat di atas, kita mengetahui bahwa ternyata anjuran yang sama juga berlaku saat kita sholat Shubuh. Dalam sebuah hadist riwayat Muslim, dikatakan bahwa Rasulullah SAW biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Maka dari itu terdapat anjuran untuk berdzikir setelah Shubuh dan tetap kalem duduk di tempat shalat sampai matahari terbit jika tidak memiliki udzur (halangan).

Akan tetapi itu kelihatan susah, kita cari yang agak mudah tapi bisa istiqomah saja. Pikirkan tentang pahala di balik amal yang selalu kontinu. Setiap pagi, setelah shalat Shubuh di masjid, saya biasa membaca Al Qur’an, tidak banyak, hanya satu halaman. Kadang-kadang saya juga membaca terjemahannya (Alhamdulillah Al Qur’an di rumah saya ada terjemahannya). Setelah itu, kalau ada tugas yang belum selesai (atau ingin menulis), saya menyalakan netbook. Kalau sedang ingin olahraga, saya ke luar rumah untuk lari-lari.

Selain dari bacan-bacaan dan kajian, amalan itu saya lakukan karena mencontoh ibu. Ibu kalau ngaji setelah sholat Shubuh itu lama sekali. Dari dulu, ibu memang sangat sering membangunkan saya kalau sudah adzan Shubuh, alarm handphone saja kalah. Hanya kadang-kadang, saat saya ternyata masih tidur saat ibu pulang dari masjid, beliau menyindir, “Woh, nggak tahu keutamaan sholat Shubuh jama’ah sih.” Kemudian beliau mengaji.

Ibu memang sering sekali marah kalau saya ketahuan tidur lagi ketika masih sekitar jam enam. Kalau sedang kesal, beliau berteriak, “TIDUR LAGI!!!” Kemudian setelah itu aku linglung karena nyawa-nyawa mencoba merangsek masuk ke dalam tubuh dengan tergesa-gesa. Kalau sedang kalem, beliau paling berkata, “Bangun dulu, nanti tidur lagi boleh jam sembilan.” Mengamini apa yang selama ini kita ketahui, ibu juga sering berkata kalau pagi itu waktunya mencari rejeki, dan rejeki bukan hanya uang.

Itu adalah apa yang sering saya lakukan di pagi hari, dengan kata lain, cara saya menghidupkan pagi. Terlepas dari apakah ini sudah masuk konteks Rijaalul Fajri atau belum, saya hanya ingin mengingatkan (terutama ke diri saya sendiri) kalau waktu pagi itu sangat berharga. Terkait dengan peran kita sebagai seorang pelajar, kita mungkin perlu belajar hingga larut malam, tetapi jangan lupa kalau ada juga pendekatan bangun pagi (jam 3 atau 4). Waktu pagi merupakan lembar kelahiran semua bentuk kebaikan, perang jaman Nabi pun sering dilakukan pada waktu fajar.

Sebagai tambahan, ternyata sholat Shubuh berjama’ah juga menjadi salah satu alasan yang membuat para malaikat mendoakan kita. Jadi sistemnya semacam ini: pada saat sholat Shubuh, malaikat yang bertugas pada malam hari “ganti shift” dengan malaikat yang bertugas pada siang hari, dan kedua kelompok itu sama-sama mendapati kita sedang sholat Shubuh berjama’ah.

"Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (HR Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 9140)

Wallahu a'lam bishawab". Dan Allah-lah yang paling tahu.

0 comments:

Post a Comment