Sepak Bola dan Organisasi Mahasiswa Bag. 2

Mar 22, 2014

Seorang pemimpin menginspirasi timnya.

Setiap tim yang baik memiliki kapten atau pemain inspiratif lain untuk memimpin mereka menuju kemenangan. Ketika bermain sepak bola ndeso seperti yang kami lakukan ini, kami memang tidak secara khusus menunjuk salah seorang untuk menjadi kapten. Namun tentu saja ada figur inspiratif--orang yang paling jago bermain bola di antara kami.

Dia tidak hanya memiliki kemampuan bermain yang bagus, namun juga memiliki kekuatan mental untuk memimpin. Ketika tim kami tampak tidak bermain seperti biasanya, kapten perlu memberi inspirasi dan mengangkat moral pemain. Seorang pemimpin sebuah organisasi, baik itu ketua umum, presiden, atau direktur, memiliki tanggung jawab yang mirip dengan kapten tadi.

Managemen waktu sangat diperlukan untuk sukses

Dalam sepak bola (atau dalam apapun juga), waktu adalah sesuatu yang sangat penting. Seorang pelatih yang baik memiliki cara untuk mengatur waktu dan tahu bagaimana cara berkomunikasi secara efektif ketika pertandingan sedang berjalan. Semakin mendekati akhir pertandingan, managemen waktu menjadi semakin dan semakin penting. Jika seorang pelatih tidak memperhatikan waktu pertandingan, dia bisa saja menyia-nyiakan detik-detik yang berharga.

Dalam organisasi mahasiswa, kita tidak mungkin mendedikasikan semua waktu kita, kuliah tetap menjadi prioritas. Maka dari itu, yang terpenting adalah bagaimana menggunakan waktu seefisien mungkin, apalagi saat organisasi sedang padat agenda. Dalam sepak bola, ada saat ketika pelatih sudah tidak punya cukup waktu untuk memberikan instruksi agar pemain mengganti pola permainan. Hal tersebut biasanya terjadi ketika waktu sudah mau habis atau sudah tidak bisa mengganti pemain.

Pada saat itu, semua tergantung pada pemain yang di lapangan, mereka perlu secara sadar memperbaiki permainan mereka tanpa menunggu instruksi pelatih. Pemain perlu menciptakan sendiri keajaiban di menit-menit akhir. Saya ingat pertandingan final Liga Champion tahun 2004/2005 antara Liverpool dan AC Milan. Pada saat itu, Liverpool menciptakan keajaiban tak terlupakan di Istanbul, mereka berhasil mengejar ketinggalan 3-0 dari Milan dan akhirnya menang pada adu pinalti. Steven Gerard dan kawan-kawan benar-benar menciptakan keajaiban di menit akhir.

Seperti dalam sepak bola, "keajaiban menit akhir" juga kadang ada dalam organisasi. Dalam setiap program kerja (proker), kita perlu memiliki strategi yang mirip untuk menyelesaikan agenda secara efektif dan teratur. Ada kalanya, kita tidak punya waktu untuk terlalu banyak koordinasi dan dialog untuk membahas "siapa mengerjakan yang mana", terutama ketika agenda sedang padat dan waktunya sempit (misal: menjelang liburan). Memiliki managemen waktu (dan matrikulasi agenda) yang baik di awal akan menambah kemungkinan keberhasilan agenda ketika berada di situasi kepepet.

Selain managemen waktu, ada lagi yang lebih krusial, yaitu managemen emosi #eaaa. Ketika sebuah organisasi berada pada situasi sempit, biasanya yang ada malah emosi, sehingga semua orang tampak grusa-grusu dan sudah merasa paling penting sendiri. Memang pada akhirnya pekerjaan selesai, tetapi hanya sebatas"penggugur proker" dan kadang saling membicarakan "ketidak-seriusan" satu sama lain--pengalaman pribadi.

Kadang, suatu hari salah satu "pemain kunci" di tim saya tidak bisa ikut bermain bola --entah karena sedang disuruh mengerjakan sesuatu oleh bapaknya atau tengah pergi ke luar angkasa. Yang jelas, tanpanya kami butiran debu kekuatan tim berkurang. Mau tidak mau harus ada yang menggantikan posisinya, padahal setiap dari kami sudah punya posisi "favorit". Ketika yang tidak hadir adalah (katakanlah) penyerang andalan, mungkin akan bingung siapa yang mau maju menggantikan. Namun yang lebih parah adalah ketika yang tidak hadir adalah sang kiper, jarang ada yang mau jadi kiper. -_-

Dalam setiap kasus, formasi kami menjadi tidak ideal lagi, namun bukan berarti kami harus menyerah. Seorang pemain sepak bola kampung yang baik bisa menciptakan kejaiban dan berusaha mencetak gol daripada hanya frustasi memikirkan temannya yang tidak datang dan merusak kesenangan bermain. Sepak bola bukan olahraga dimana kita sibuk mencari siapa yang salah dalam tim. Kita perlu menghadapi apapun bersama-sama dan saling mengangkat mental pemain ketika permainan sedang stuck.

Organisasi mahasiswa perlu menerapkan hal yang sama. Setiap anggota sebaiknya lebih fokus pada tuntasnya proker daripada bingung memikirkan siapa yang harus menuntaskannya. Kita perlu berimprovisasi, paham apa yang harus diselesaikan, lalu segera dieksekusi daripada hanya saling menunjuk. Seperti absennya pemain tadi, kadang ada beberapa anggota yang memutuskan untuk lebih fokus ke organisasi lain atau kuliah, sementara dia masih memegang suatu tugas. Daripada frustasi dan menggungjing tidak jelas, lebih baik kita memikirkan cara untuk menggantikan peran anggota tadi.

Selain itu, ada kalanya situasi dalam organisasi di periode yang baru berbeda dengan yang sebelumnya, misalnya kurangnya dana karena Iuran Orang Tua Mahasiswa (IOM) dihentikan atau penyesuaian masa periode yang mengharuskan untuk sudah tutup buku di bulan tertentu *curhat*. Kita harus mampu beradaptasi dengan perubahan, berimprovisasi untuk menutupi kekurangan yang ada. 

Meskipun tidak berkompetisi, kami tetap berusaha bermain baik untuk menang. Seringkali gawang kami kemasukan, namun tidak menyurutkan semangat dan membuat semuanya down. Penting bagi kami untuk memiliki pandangan jangka panjang--sepak bola biasanya selesai menjelang magrib, sehingga tidak menyerah ketika masih jam setengah lima. Ketika kalah, mungkin semangat kita berkurang, namun kadang seseorang bisa menunjukkan kapasitas aslinya ketika dalam kesulitan. 

Kita sering berlama-lama memikirkan kesalahan yang terjadi dan mengabaikan hal-hal positif yang juga muncul. Introspeksi diri memang penting namun jangan sampai berhenti bergerak, sehingga menghambat pertumbuhan dan kemajuan. Untuk memunculkan hal-hal positif dari kegagalan agenda, seorang pemimpin sebaiknya tidak terlalu keras pada anggotanya. Pernah suatu kali salah satu teman kami memarahi barisan pertahanan yang berbuat kesalahan yang dimarahi kemudian mutung dan enggan bermain lagi, malah kita yang susah. -_-

Seorang pemimpin perlu membangun kritik tetapi tidak menakut-nakuti atau membuat trauma. Seorang pemimpin perlu membangun rasa percaya diri anggotanya dan membuat mereka semangat mengerjakan tugasnya. Seorang pemimpin mungkin perlu sering-sering mengatakan "kerja keras dan kita akan sukses" termasuk saat dia memimpin dirinya sendiri.

0 comments:

Post a Comment