Di depan rumahku ada sebuah tiang lampu jalanan, di
sampingnya ada sebuah pohon melinjo. Keduanya dicat putih oleh ayahku biar matching. Pada tiang lampu itu ada kotak
saklar bertutup kaleng cat tembok yang dipasang tidak terlalu tinggi sehingga
orang mampu menjangkaunya. Batang pohon melinjo tadi agak melengkung ke arah
rumahku. Rumahku sendiri menghadap ke selatan, dengan kata lain batang pohon
itu agak menjorok ke utara.
Ada yang unik ketika aku berjalan, terutama pada malam hari,
dari arah timur menuju rumahku. Gabungan dari bentuk tiang lampu yang lurus dan pohon
melinjo putih, ditambah kotak saklar lampu tersebut akan menimbulkan sebuah
bayangan epik: seikat pocong yang sedang mengintip di balik lampu jalanan.
Di samping kanan rumahku juga ada toko bangunan, sebut saja
Toko Bangunan Adita. Di depan toko tersebut ada sebuah tiang papan iklan
bolak-balik yang bergambar iklan sebuah merk cat. Dalam penggambarannya, ada
orang yang sedang menutup sebuah background
putih yang luas dengan cat yang lebih gelap. Baik background putih maupun goresan baru itu memiliki bentuk yang mirip,
yaitu bentuk goresan kuas, dan dalam gambar itu keduanya miring.
Kalau aku berjalan pada malam hari dari arah barat menuju
rumahku, background putih yang lebih besar dan goresan gelap yang kecil di
atasnya akan membentuk sebuah kesan seram: semacam kuntilanak yang tersangkut
di papan tiang. Serius, goresan gelap sebagai rambut, background putih sebagai
baju.
Walau sama-sama menyeramkan, kedua bayangan yang sering
kulihat itu bukanlah hantu yang sebenarnya. Mereka adalah semacam bentuk baru
yang tercipta karena didukung oleh suasana sekitar. Hal tersebut bisa menjadi
contoh bahwa terkadang apa yang kita lihat belum tentu seperti kelihatannya.
Bisa dikatakan bahwa itu adalah salah satu bentuk relativitas. Misal, ketika
kita membenci seseorang, setiap tindakan atau ucapan yang dia buat selalu
terlihat seperti masalah di mata kita. Sebaliknya, ketika kita mencintai
seseorang, setiap kesalahan akan bisa dimaafkan. Semua tergantung persepsi.
Begitu juga saat kita mempunyai sebuah masalah. Besar
kecilnya masalah itu akan tergantung bagaimana kita memandangnya (dan besarnya
hati kita juga sih). Kalau kita lebih
sibuk mengeluh dan menunda daripada segera menyelesaikan, masalah akan terlihat
besar. Kalau kita tetap kalem dan bersinergi dengan teman kita untuk memikirkan
cara mengatasi masalahnya, ibarat kata rumahmu kejatuhan meteor pun akan tetap
menjadi masalah kecil. Lagipula kalau memang sudah galau, kita bisa
mengembalikan masalah kita ke Allah SWT.
Kalau kita menyingkirkan setiap awan mendung yang ada di
depan mata kita saat memandang sesuatu, kebenaran yang lebih tinggi nilainya
akan bisa kita dapatkan. Kadang kalau kita mempunyai 10 masalah, delapan
diantaranya mungkin kita sendiri yang menciptakan tanpa alasan yang masuk akal.
Seperti hantu yang tidak bisa digerakkan.
“Semua orang hidup terikat dan bergantung pada pengetahuan
atau persepsinya sendiri, itu disebut kenyataan. Tetapi pengetahuan atau
persepsi itu sesuatu yang samar. Bisa saja kenyataan itu hanya ilusi, semua
orang hidup dalam asumsi ” (Uchiha Itachi)
Nb: PSH ini juga merupakan masalah. Dan deskripsi bayangan
hantu tadi mungkin lucu, tapi kalau kalian coba pulang ke rumahku naik motor
sendirian malam-malam memang agak “aneh”, apalagi pas kita sedang paranoid.
0 comments:
Post a Comment