Terpilihnya Kementerian Luar Negeri

Jun 26, 2012



Kementerian Luar negeri BEM FSSR UNS

Sebentar lagi BEM FSSR UNS akan membentuk kabinet yang baru. Mas Tori telah lengser dari kursi kepresidenan bebarengan dengan berakhirnya masa bakti Kabinet Kerja Bakti-nya. Presiden terpilih yang baru, Woro, sekarang ini sedang sibuk sendiri membentuk tim super untuk kabinetnya nanti. Sekilas soal Woro, dia adalah mahasiswi Sastra Arab, jurusan kemarin sore yang orang-orangnya sudah memenuhi beberapa posisi penting di lingkungan organisasi fakultasku. Yup mahasiswi, women movement, feminism. Keren lho, Amerika Serikat aja nggak pernah ada presiden cewek, pernah ada kandidatnya satu, Hilarry Clinton, dan kalah. Salut, ketika rakyat Amerika aja nggak siap ada presiden cewek, fakultasku udah selangkah lebih maju dalam perjuangan feminismnya.


Seperti yang kita tahu bahwa cewek itu cenderung cerewet dan nggak bisa diem, beda dengan cowok yang selalu bisa tampak tenang. Akhir-akhir ini Woro begitu sibuk ngobrol dengan temannya satu-satu, untuk keperluan penempatan orang. Begitu juga ketika beliau mengobrol denganku, sempat terjadi basa-basi untuk beberapa saat sebelum pada akhirnya aku diminta untuk menjadi Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo). Aku tidak terlalu terkejut karena sebenarnya Wisnu juga sempat membicarakan hal itu denganku. Ketika pertanyaan itu sampai kepadaku, aku menjawab singkat,

“Nggak mau! Masa dari dulu di media melulu!”

Sekedar informasi, aku itu di Edcom (HMJ Sastra Inggris UNS) sudah berada di media, kepala divisinya malah. Di Syiar Kegiatan Islam (SKI) pun aku juga ada di media, dan aku berencana untuk reshuffle dan pindah bidang, aku harus segera menghilangkan image IT pada diriku.

Wisnu dan Woro sudah membujuk sedemikian rupa tapi aku tetep nggak mau. Aku sudah bilang ingin pindah ke Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), di deputi Kajian dan Strategis (Kastrad). Ada beberapa alasan kenapa aku memilih Kementerian Luar Negeri, di antaranya adalah:

Alasan yang pertama sangat normatif, yaitu ingin hal baru. Alasan yang cukup egois mengingat Wisnu sempat bilang bahwa di Kemenkominfo “kekurangan orang”.

“Yo, nyari orang yang nggak gaptek itu nggak gampang” kata Wisnu.

Aku tahu Wisnu benar, makanya aku juga meyakinkan dia kalau nanti akan aku bantu mencari orang. Kedepannya men-tag beberapa orang yang memiliki irama IT lalu coba nanti diarahkan ke Kemenkominfo. Aku sempat bertanya ke Wisnu, kalau memang begitu keadaannya, kenapa kementerian itu dibentuk, kenapa tidak ditunda satu periode lagi sehingga kita siap dengan beberapa orang yang kompeten. Wisnu menjawab,

“Informasi itu kalau nggak dipisah dari Dagri (Dalam Negeri), kerjaan Mendagrinya banyak”

“Lagian Informasi nanti penting buat mengawal isu-isu, terutama nasional..”

Isu? Tampaknya tidak asing di otakku saat itu, karena memang itulah alasan kedua aku masuk
Kemenlu.

Perbaikan format diskusi. Meskipun sedikit, mungkin aku bisa mengubah format diskusi BEM FSSR yang selama ini aku anggap terlalu filosofis. Aku ingin nanti diskusi BEM FSSR lebih mengarah ke isu-isu penting nasional, mungkin dengan data-data. Ya filosofi boleh sekali-kali buat refreshing.

Kalau di Sastra dan Seni Rupa, Kemenlu merupakan divisi yang secara aktif menghandel pengawalan budaya (Jawa). Budaya sudah lama menjadi interestku selain isu lingkungan. Nah di kastrad ini aku harap bisa lebih menghidupkan langkah-langkah pengawalan budaya, mengingat mas-masnya yang dulu interest sekali dengan ini sebagian sudah tua dan pension seperti itu.

Alasan lain adalah fenomena aksi turun ke jalan. Bukannya aku maniak demo, bukan. Selama ini aku ikut demo cuma ikut-ikutan doang. Dengan mencampurnya aku di Kemenlu, aku bisa lebih tahu arahan aksi.

Mungkin itu saja alasan-alasan yang bisa tersurat, selanjutnya cuma alasan-alasan lain yang dasarnya cuma emosi. Sebenarnya aku sadar kalau aku bakal kehilangan beberapa hal menarik lain kalau aku tidak berada di Kemenkominfo, seperti langkah-langkah pencitraan BEM lewat media. Media disini juga berarti new media, ex: kalau di kemenkominfo aku bisa membuat kebijakan untuk merekam setiap diskusi yang ada menjadi video dan lalu di upload di Youtube. Hal lain adalah media untuk mempublikasikan artikel tetang budaya untuk memberi ruang media bagi aksi pengawalan budaya di Kemenlu. Semoga aku bisa membicarakan semua itu dengan Wisnu.

Dan gengsi, jangan lupakan soal gengsi kalau aku jadi Menteri Kominfo, wkwk.

Tapi bagaimana gitu lho, kalau hati ini sudah menentukan pilihan, apa bisa aku mengabaikan begitu saja. Jadi kesimpulannya aku tetap akan pindah dari Kesekretariatan Kabinet ke Kemenlu. Dulu aku di seknet waktu awal-awal masuk BEM.

Oh iya, di kabinet ini nanti mungkin aku akan rangkap jabatan menjadi Menteri Perikanan, seperti keinginanku dulu. Sekarang kan sekre BEM FSSR UNS ada akuariumnya.

0 comments:

Post a Comment