(Tips) Mengajarkan Seseorang Memulai Blog

Apr 1, 2013

Salah satu kebahagiaan seorang blogger adalah ketika salah satu teman terdekatnya sering membaca tulisan di blog-nya dan terinspirasi untuk ikut membuat blog juga. Memulai untuk blogging memang gampang-gampang aneh. Ada semacam fase tertentu yang dialami oleh blogger, misal aku dulu di masa awal-awal blogging suka ganti-ganti tampilan blog (template).

Aku sendiri dari dulu suka yang simple, hingga aku sering ganti-ganti template untuk mencari tampilan simple yang paling bagus (nah, gimana tuh). Selain tampilan, aku juga memikirkan soal gadget apa saja yang terpasang di samping post dan plugin-plugin yang mungkin penting (seperti related post). Butuh waktu yang tidak sebentar untuk “bongkar-pasang” html blog. Meski begitu, karena aku enjoy dan banyak tambah ilmu, jadi itu tidak termasuk waktu yang terbuang sia-sia. Akhirnya aku sampai pada satu titik dimana aku berpikir bahwa tampilanku sudah sempurna dan mulai fokus ke tulisan.

Selain tampilan yang terus berganti, gaya menulis juga. Kalian bisa melihat gaya tulisanku di tahun 2011 beda dengan yang sekarang. Kepribadian dan cara berpikir yang berubah mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Tulisan sebagai pengikat kenangan, kalau aku bilang, karena ketika aku membaca-baca lagi tulisan-tulisanku yang dulu, aku seperti kembali ke masa lalu. Sebagian hidupku seperti terekam sehingga waktu tidak terbuang begitu saja.

Mari kita kembali ke judul.

Aku menulis ini karena terinspirasi oleh Pandu, teman sekaligus ketua karangtaruna di tempatku yang memintaku untuk mengajarinya membuat blog. Pandu sudah lama memintaku untuk mengajarinya tapi baru kemarin aku berkesempatan untuk membawanya ke salah satu duniaku. Dengan koneksi internet sendiri di rumah, aku yakin si Pandu ini akan konsisten nge-blog, apalagi dia sedang dalam proses pengerjaan skripsi jadi mungkin sering galau. Ketertarikan dan antusiame Pandu akan dunia blogging itu menjadi energiku untuk kembali ke titik awal blogging lagi.

Benar, jadikanlah antusiasme teman kita sebagai energi kita.

Seperti yang kita tahu, antusiasme dan kemauan belajar yang tinggi seorang murid akan membuat seorang guru semakin senang mengajarinya. Mengajarkan sesuatu yang kita senang mengajarkannya sulit membuat kita lelah. Ingat, ketika kita mengajarkan sesuatu, kita lebih belajar. Tips pertama ini bisa diterapkan secara umum hampir di setiap hal. Setelah ini aku akan mencoba membagi hal yang lebih teknis.

Cukup tunjukkan langkah-langkah untuk membuat blog, jangan membuatkan.

Satu hal yang perlu diingat ketika kita membersamai teman kita untuk memulai blogging, biarkan tangannya sendiri yang memegang mouse. Otoritas kita tidak sampai ke membuatkan. Proses awal pembuatan blog memiliki kesenangan tersendiri, itu adalah saat-saat pertama kita terkesan dengan sesuatu yang baru dalam hidup kita (lebay). Maka dari itu kita tidak berhak untuk merenggut kesenangan tersebut. Selain itu, karena kita membuatnya sendiri maka blog itu menjadi sepenuhnya milik kita. Itu adalah rumah untuk anak-anak jiwa kita (lebay lagi).

Oke, pertama-tama kita tentukan dulu domain apa yang akan kita pakai. Kemarin aku menyarankan Pandu untuk memakai blogger, dengan sedikit penjelasan retorika tentang ini-itu padahal lebih ke biar kita ber-domain sama. Sedikit informasi, setahuku blog wordpress (yang gratis) tidak memberikan kebebasan untuk mengutak-atik template yang tersedia, di blogger kita bahkan (kalau paham) bisa mengedit CSS template. Selain itu di blogger plugin-plugin lebih mudah dipasang.

Sebaiknya pastikan dia sudah punya akun gmail, itu akan memudahkan karena sekarang banyak yang singkronnya ke gmail (blogger, youtube, dsb). Setelah semua langkah registrasi blogger selesai, kita sampai pada pertanyaan apa nama dan alamat blog. Untuk mengefektifkan penjelasan, aku tunjukkan langsung penerapannya dengan membukakan blogku. Nama blog adalah tulisan Cahyoichi di atas itu, alamat blog adalah cahyoichi.blogspot.com. Proses pembuatan telah selesai, kini kita bisa beralih ke template dan tata letak (layout).

Sadari bahwa blogger pemula cenderung lebih sibuk mengatur tampilan dulu.

Tercatat Pandu sudah beberapa kali mengganti tampilan blognya, padahal dulu pas pertama milih template lama. Kita harus memaklumi, kita berkaca saja pada masa lalu kita. Seperti yang sudah tak jelasin di awal, blogger pemula cenderung lebih sibuk mengatur tampilan dulu. Untuk itu, yang perlu kita lakukan adalah cukup mengajari cara mengganti tampilan dan tata letak di awal, kemudian biarkan imajinasi mereka yang bekerja. Kemarin waktu aku pulang ke rumah dan mengecek blognya Pandu, ternyata tampilannya sudah beda dan tulisannya sudah bertambah, selamat buat Pandu.

Kalau sempat, cek blog temenmu tiap hari di hari-hari awal.

Ini menyenangkan melihat bagaimana tulisan teman kita semakin bertambah. Dalam kasus blog Pandu, tulisannya bertambah tapi masih agak alay. Bahasanya dan cara menulisnya masih sangat ekspresif, dan itu nggak apa-apa. Tulisanku di awal-awal dulu juga alay-alay, kalau tidak percaya silahkan cek di arsip blog. Lakukan apa yang biasanya kita senang bila orang lain melakukannya pada kita: membaca dan memberi komen yang berhubungan dengan tulisan. Bersyukur karena ada modem di rumah jadi aku bisa selalu membuka blog Pandu. Pandu bahkan sudah sedikit bercerita tentang diriku di blognya, jadi terharu.

Follow dan tetap jaga silaturahmi di dunia nyata

Ketika kita mem-follow blog seseorang, tulisannya yang update akan muncul di dashboard kita. Maka dari itu, follow dan dapatkan follow balik. Jadikan tulisan di blog untuk bahan mengobrol saat bermain bersama, dan sebaliknya. Jadikan waktu ngobrol bersama untuk menjadi inspirasi untuk menulis.

nb: alamat blognya Pandu itu http://pandualong.blogspot.com/

Hari ini aku belajar, besok aku mengajarkan.
@cahyoichi

3 comments:

  1. hahahaha,, kaulah gurunya. maksih mengajarkan dunia maya.. keep dunia nyatajuga ya hahhaa

    ReplyDelete
  2. katanya kalau yg hidup di dua alam itu haram untuk dimakan, wkwk

    ReplyDelete
  3. KUi kan kodok awake dewe penjelajahe wea hahahaha

    ReplyDelete