Beberapa waktu yang lalu, saya mendengar istilah baru yaitu
Rijaalul Fajri atau Lelaki Pagi, yang artinya adalah lelaki yang menghidupkan
waktu pagi. Sebenarnya kata rijaal di sini tidak hanya merujuk ke laki-laki,
tetapi juga wanita. Seperti ketika kita menyebut mahasiswa, mahasiswi juga ikut
masuk ke dalamnya. Maka dari itu, arti kata Rijaalul Fajri yang tepat dalam
konteks ini adalah “Manusia Pagi”.
Dalam ajaran Islam, kita sangat dianjurkan untuk menjadi seorang
manusia pagi. Salah satu bentuk kegiatan yang bisa kita lakukan adalah dengan
memperbanyak dzikir pagi setelah Sholat
Subuh sampai waktu matahari terbit agar mendapat banyak rahmat. Seperti salah
satu firman Allah SWT,
“Dan sebarkanlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru
Tuhan mereka pada waktu pagi dan petang untuk mengharapkan keridhaan-Nya”
(Al-Kahfi:28).
Sebelumnya kita mungkin sudah mengetahui kalau kita
dianjurkan untuk tetap berada di dalam masjid, tetap berdzikir ketika selesai
Sholat Magrib sambil menunggu Sholat Isya’. Melalui ayat di atas, kita
mengetahui bahwa ternyata anjuran yang sama juga berlaku saat kita sholat Shubuh.
Dalam sebuah hadist riwayat Muslim, dikatakan bahwa Rasulullah SAW biasanya
tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit
matahari. Maka dari itu terdapat anjuran untuk berdzikir setelah Shubuh dan
tetap kalem duduk di tempat shalat sampai matahari terbit jika tidak memiliki
udzur (halangan).
Akan tetapi itu kelihatan susah, kita cari yang agak mudah
tapi bisa istiqomah saja. Pikirkan tentang pahala di balik amal yang selalu
kontinu. Setiap pagi, setelah shalat Shubuh di masjid, saya biasa membaca Al
Qur’an, tidak banyak, hanya satu halaman. Kadang-kadang saya juga membaca
terjemahannya (Alhamdulillah Al Qur’an di rumah saya ada terjemahannya).
Setelah itu, kalau ada tugas yang belum selesai (atau ingin menulis), saya
menyalakan netbook. Kalau sedang ingin olahraga, saya ke luar rumah untuk
lari-lari.
Selain dari bacan-bacaan dan kajian, amalan itu saya lakukan
karena mencontoh ibu. Ibu kalau ngaji setelah sholat Shubuh itu lama sekali. Dari
dulu, ibu memang sangat sering membangunkan saya kalau sudah adzan Shubuh,
alarm handphone saja kalah. Hanya kadang-kadang, saat saya ternyata masih tidur
saat ibu pulang dari masjid, beliau menyindir, “Woh, nggak tahu keutamaan
sholat Shubuh jama’ah sih.” Kemudian
beliau mengaji.
Ibu memang sering sekali marah kalau saya ketahuan tidur lagi
ketika masih sekitar jam enam. Kalau sedang kesal, beliau berteriak, “TIDUR
LAGI!!!” Kemudian setelah itu aku linglung karena nyawa-nyawa mencoba merangsek
masuk ke dalam tubuh dengan tergesa-gesa. Kalau sedang kalem, beliau paling berkata,
“Bangun dulu, nanti tidur lagi boleh jam sembilan.” Mengamini apa yang selama
ini kita ketahui, ibu juga sering berkata kalau pagi itu waktunya mencari
rejeki, dan rejeki bukan hanya uang.
Itu adalah apa yang sering saya lakukan di pagi hari, dengan
kata lain, cara saya menghidupkan pagi. Terlepas dari apakah ini sudah masuk
konteks Rijaalul Fajri atau belum, saya hanya ingin mengingatkan (terutama ke
diri saya sendiri) kalau waktu pagi itu sangat berharga. Terkait dengan peran
kita sebagai seorang pelajar, kita mungkin perlu belajar hingga larut malam, tetapi
jangan lupa kalau ada juga pendekatan bangun pagi (jam 3 atau 4). Waktu pagi
merupakan lembar kelahiran semua bentuk kebaikan, perang jaman Nabi pun sering
dilakukan pada waktu fajar.
Sebagai tambahan, ternyata sholat Shubuh berjama’ah juga
menjadi salah satu alasan yang membuat para malaikat mendoakan kita. Jadi
sistemnya semacam ini: pada saat sholat Shubuh, malaikat yang bertugas pada
malam hari “ganti shift” dengan malaikat yang bertugas pada siang hari, dan
kedua kelompok itu sama-sama mendapati kita sedang sholat Shubuh berjama’ah.
"Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu
para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas
malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap
tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat
yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit)
sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah
bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?', mereka
menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami
tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah
mereka pada hari kiamat'" (HR Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no.
9140)
Wallahu a'lam bishawab". Dan Allah-lah yang paling tahu.
0 comments:
Post a Comment