Kini dunia melihatku sebagai orang yang berubah karena kepergianmu di awal kuliah dulu.
Aku sudah menengok ke arah lain. Aku sudah mencoba menghubung-hubungkan satu dialog film dengan keabsenan uang dalam kata kebahagiaan. Aku sudah merenungi setiap orang bahagia dan tidak bahagia yang kutemui. Aku sudah menciptakan perspektif sendiri terhadap isu media. Aku sudah belajar untuk melihat dunia dari sisi lain.
Tapi dunia masih melihatku sebagai orang yang berubah karena kepergianmu di awal kuliah dulu.
Aku sudah menengok ke arah lain. Aku sudah mengambil langkah dengan resiko kebutaan rasaku akan kehadiranmu. Aku sudah berlatih bagaimana bereaksi bila orang-orang menyinggung soalmu di dekatku. Aku berlatih. Aku sesekali diam dan melihat isi otakku, sesaat setelah kusadari sosokmu masih ada, pikiranku membuncah. Sesaat setelah itu, aku memikirkan bagaimana bila aku tidak usah mengikuti sistem mencinta-memisah-membenci. Aku sudah belajar untuk melihat dunia dari sisi lain.
Mungkin karena itu dunia melihatku sebagai orang yang berubah karena kepergianmu di awal kuliah dulu.
Setiap semester berganti, setiap itu pula kamu berubah. Untuk setiap dirimu yang berbeda membutuhkan sebuah kosakata baru untuk kusisipkan di tulisanku. Setiap tambahan kata akan membekas di kepalaku seperti kamus fiksi sederhana. Kamu yang ada di kerinduanku ini fiksi, tapi kepergianmu nyata. Bagian dimana aku harus melepasmu itu nyata.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
haduh apa ini maknanya haha
ReplyDelete