Seorang pemimpin menginspirasi timnya.
Setiap tim yang baik memiliki kapten atau pemain
inspiratif lain untuk memimpin mereka menuju kemenangan. Ketika bermain
sepak bola ndeso seperti yang kami lakukan ini, kami memang tidak
secara khusus menunjuk salah seorang untuk menjadi kapten. Namun tentu
saja ada figur inspiratif--orang yang paling jago bermain bola di antara
kami.
Dia tidak hanya memiliki kemampuan bermain yang
bagus, namun juga memiliki kekuatan mental untuk memimpin. Ketika tim
kami tampak tidak bermain seperti biasanya, kapten perlu memberi
inspirasi dan mengangkat moral pemain. Seorang pemimpin sebuah
organisasi, baik itu ketua umum, presiden, atau direktur, memiliki
tanggung jawab yang mirip dengan kapten tadi.
Managemen waktu sangat diperlukan untuk sukses
Dalam sepak bola (atau dalam apapun juga), waktu
adalah sesuatu yang sangat penting. Seorang pelatih yang baik memiliki
cara untuk mengatur waktu dan tahu bagaimana cara berkomunikasi secara
efektif ketika pertandingan sedang berjalan. Semakin mendekati akhir
pertandingan, managemen waktu menjadi semakin dan semakin penting. Jika
seorang pelatih tidak memperhatikan waktu pertandingan, dia bisa saja
menyia-nyiakan detik-detik yang berharga.
Dalam organisasi mahasiswa, kita tidak mungkin
mendedikasikan semua waktu kita, kuliah tetap menjadi prioritas. Maka
dari itu, yang terpenting adalah bagaimana menggunakan waktu seefisien
mungkin, apalagi saat organisasi sedang padat agenda. Dalam sepak bola,
ada saat ketika pelatih sudah tidak punya cukup waktu untuk memberikan
instruksi agar pemain mengganti pola permainan. Hal tersebut biasanya
terjadi ketika waktu sudah mau habis atau sudah tidak bisa mengganti
pemain.
Pada saat itu, semua tergantung pada pemain yang di
lapangan, mereka perlu secara sadar memperbaiki permainan mereka tanpa
menunggu instruksi pelatih. Pemain perlu menciptakan sendiri keajaiban
di menit-menit akhir. Saya ingat pertandingan final Liga Champion tahun
2004/2005 antara Liverpool dan AC Milan. Pada saat itu, Liverpool
menciptakan keajaiban tak terlupakan di Istanbul, mereka berhasil
mengejar ketinggalan 3-0 dari Milan dan akhirnya menang pada adu
pinalti. Steven Gerard dan kawan-kawan benar-benar menciptakan keajaiban
di menit akhir.
Seperti dalam sepak bola, "keajaiban menit
akhir" juga kadang ada dalam organisasi. Dalam setiap program kerja
(proker), kita perlu memiliki strategi yang mirip untuk menyelesaikan
agenda secara efektif dan teratur. Ada kalanya, kita tidak punya waktu
untuk terlalu banyak koordinasi dan dialog untuk membahas "siapa
mengerjakan yang mana", terutama ketika agenda sedang padat dan waktunya
sempit (misal: menjelang liburan). Memiliki managemen waktu (dan
matrikulasi agenda) yang baik di awal akan menambah kemungkinan
keberhasilan agenda ketika berada di situasi kepepet.
Selain managemen waktu, ada lagi yang lebih
krusial, yaitu managemen emosi #eaaa. Ketika sebuah organisasi berada
pada situasi sempit, biasanya yang ada malah emosi, sehingga semua orang
tampak grusa-grusu dan sudah merasa paling penting sendiri.
Memang pada akhirnya pekerjaan selesai, tetapi hanya sebatas"penggugur
proker" dan kadang saling membicarakan "ketidak-seriusan" satu sama lain--pengalaman pribadi.
Kadang, suatu hari salah satu
"pemain kunci" di tim saya tidak bisa ikut bermain bola --entah karena
sedang disuruh mengerjakan sesuatu oleh bapaknya atau tengah pergi ke
luar angkasa. Yang jelas, tanpanya kami butiran debu
kekuatan tim berkurang. Mau tidak mau harus ada yang menggantikan
posisinya, padahal setiap dari kami sudah punya posisi "favorit". Ketika
yang tidak hadir adalah (katakanlah) penyerang andalan, mungkin akan
bingung siapa yang mau maju menggantikan. Namun yang lebih parah adalah
ketika yang tidak hadir adalah sang kiper, jarang ada yang mau jadi
kiper. -_-
Dalam setiap kasus, formasi kami
menjadi tidak ideal lagi, namun bukan berarti kami harus menyerah.
Seorang pemain sepak bola kampung yang baik bisa menciptakan kejaiban
dan berusaha mencetak gol daripada hanya frustasi memikirkan temannya
yang tidak datang dan merusak kesenangan bermain. Sepak bola bukan
olahraga dimana kita sibuk mencari siapa yang salah dalam tim. Kita
perlu menghadapi apapun bersama-sama dan saling mengangkat mental pemain
ketika permainan sedang stuck.
Organisasi mahasiswa perlu
menerapkan hal yang sama. Setiap anggota sebaiknya lebih fokus pada
tuntasnya proker daripada bingung memikirkan siapa yang harus
menuntaskannya. Kita perlu berimprovisasi, paham apa yang harus
diselesaikan, lalu segera dieksekusi daripada hanya saling menunjuk.
Seperti absennya pemain tadi, kadang ada beberapa anggota yang
memutuskan untuk lebih fokus ke organisasi lain atau kuliah, sementara
dia masih memegang suatu tugas. Daripada frustasi dan menggungjing tidak
jelas, lebih baik kita memikirkan cara untuk menggantikan peran anggota
tadi.
Selain itu, ada kalanya situasi
dalam organisasi di periode yang baru berbeda dengan yang sebelumnya,
misalnya kurangnya dana karena Iuran Orang Tua Mahasiswa (IOM)
dihentikan atau penyesuaian masa periode yang mengharuskan untuk sudah
tutup buku di bulan tertentu *curhat*. Kita harus mampu beradaptasi dengan
perubahan, berimprovisasi untuk menutupi kekurangan yang ada.
Meskipun tidak berkompetisi,
kami tetap berusaha bermain baik untuk menang. Seringkali gawang kami
kemasukan, namun tidak menyurutkan semangat dan membuat semuanya down.
Penting bagi kami untuk memiliki pandangan jangka panjang--sepak bola
biasanya selesai menjelang magrib, sehingga tidak menyerah ketika masih
jam setengah lima. Ketika kalah, mungkin semangat kita berkurang, namun
kadang seseorang bisa menunjukkan kapasitas aslinya ketika dalam kesulitan.
Kita sering berlama-lama
memikirkan kesalahan yang terjadi dan mengabaikan hal-hal positif yang
juga muncul. Introspeksi diri memang penting namun jangan sampai
berhenti bergerak, sehingga menghambat pertumbuhan dan kemajuan. Untuk
memunculkan hal-hal positif dari kegagalan agenda, seorang pemimpin
sebaiknya tidak terlalu keras pada anggotanya. Pernah suatu kali salah
satu teman kami memarahi barisan pertahanan yang berbuat kesalahan yang
dimarahi kemudian mutung dan enggan bermain lagi, malah kita yang susah. -_-
Seorang pemimpin perlu membangun
kritik tetapi tidak menakut-nakuti atau membuat trauma. Seorang
pemimpin perlu membangun rasa percaya diri anggotanya dan membuat mereka
semangat mengerjakan tugasnya. Seorang pemimpin mungkin perlu
sering-sering mengatakan "kerja keras dan kita akan sukses" termasuk
saat dia memimpin dirinya sendiri.
0 comments:
Post a Comment