Nangka dan Kepulan Karbon Monoksida

Mar 12, 2014

Pernah melihat adegan dalam cerpen motivasi benar-benar terjadi di dunia nyata? 

Saya pernah.

Suatu sore, ketika sedang dalam perjalanan menuju tempat magang, saya menyaksikan kejadian yang begitu mengesankan. Waktu itu saya tengah berada di lampu merah, di barisan agak belakang di antara kerumunan kendaraan. Di posisi itu saya masih bisa menyaksikan apa yang terjadi di barisan depan, dan saya bersyukur untuk itu.

Saya melihat seorang nenek-nenek, beliau membawa karung dan berpakaian lusuh. Dari penampilannya, saya berasumsi nenek itu adalah pemulung.
Seorang wanita pemulung tua, namun saya tidak melihat dia mengemis.

Nenek itu berniat menyeberang jalan, saya lihat lampu lalu lintas masih menyala merah. Beliau mulai berjalan menyelinap motor pertama, sampai kemudian ada seorang ibu pengendara motor yang memanggilnya dan terlihat menanyakan sesuatu.
 
Sayang sekali, saya tidak bisa mendengar percakapan itu dengan jelas. Namun dilihat dari ekspresi ibu dan nenek itu, kemungkinan besar ibu tadi menanyakan tempat tujuan nenek dan menawarkan tumpangan.
Kalau melihat orang-orang yang berjalan kaki di pinggir jalan atau di lampu merah (baik itu pemulung atau penjual ember), mungkin mereka setiap hari berjalan berkilo-kilo di tengah-tengah kesombongan kota.

Namun saya melihat si nenek menolak.

Si ibu masih belum menyerah. Ketika si nenek tepat berada di depannya, si ibu sekali lagi menawarkan tumpangan. Si nenek menghentikan langkahnya di depan si ibu, menanggapi percakapan singkat untuk kemudian menolaknya lagi.

Ketika si nenek bersiap beranjak meninggalkannya, ibu tadi tiba-tiba memanggilnya lagi. Beliau mengangkat buah nangka yang dia bawa di bawah stang motor dan memberikannya ke si nenek. Tanpa basa-basi si nenek menerimanya dan melanjutkan perjalanan.

Setelah itu lampu hijau menyala, saya melanjutkan perjalanan dan wow!

Beberapa orang yang menyaksikan kejadian tersebut (termasuk saya) masih belum bisa mengalihkan pandangan ke ibu tadi.

Saya kemudian menoleh ke seberang jalan, yang rupanya tempat menyegat bus, melihat apakah nenek itu tadi benar-benar ada atau hanya sesuatu yang terlalu keren untuk menjadi kenyataan. #serius

Ternyata nenek itu masih di sana. Saya hanya tersenyum, menyembunyikan beberapa perasaan yang muncul saat itu. Senyum optimis terhadap nilai kemanusiaan di negeri (kalau kata Tere Liye) para bedebah ini. Juga senyum senang karena saya kembali mendapatkan sesuatu yang pantas ditulis.

Ibu tadi memberikan contoh bahwa kebaikan spontan bisa dilakukan dalam keadaan apapun, bahkan di tengah bisingnya suara dan kepulan karbon monoksida.

Bayangkan saja bagaimana sebuah kebaikan spontan bekerja, apa yang kita miliki dan kemampuan yang (sementara) bisa kita lakukan, kita dedikasikan untuk kebaikan.

Melakukan sesuatu setiap hari yang membuat kita bangga* dengan diri kita sendiri. Melakukan kebaikan acak kapanpun kita punya kesempatan.

Menjadi orang baik saat kita lapang, dan tetap menjadi orang baik saat sedang ribet.

Dan selalu bergerak maju.

*perasaan bahagia yang biasa muncul saat bisa membuat orang lain bahagia

0 comments:

Post a Comment