Hantu yang tidak Bisa Digerakkan

Apr 8, 2013


Di depan rumahku ada sebuah tiang lampu jalanan, di sampingnya ada sebuah pohon melinjo. Keduanya dicat putih oleh ayahku biar matching. Pada tiang lampu itu ada kotak saklar bertutup kaleng cat tembok yang dipasang tidak terlalu tinggi sehingga orang mampu menjangkaunya. Batang pohon melinjo tadi agak melengkung ke arah rumahku. Rumahku sendiri menghadap ke selatan, dengan kata lain batang pohon itu agak menjorok ke utara.

Ada yang unik ketika aku berjalan, terutama pada malam hari, dari arah timur menuju rumahku. Gabungan dari  bentuk tiang lampu yang lurus dan pohon melinjo putih, ditambah kotak saklar lampu tersebut akan menimbulkan sebuah bayangan epik: seikat pocong yang sedang mengintip di balik lampu jalanan.


Di samping kanan rumahku juga ada toko bangunan, sebut saja Toko Bangunan Adita. Di depan toko tersebut ada sebuah tiang papan iklan bolak-balik yang bergambar iklan sebuah merk cat. Dalam penggambarannya, ada orang yang sedang menutup sebuah background putih yang luas dengan cat yang lebih gelap. Baik background putih maupun goresan baru itu memiliki bentuk yang mirip, yaitu bentuk goresan kuas, dan dalam gambar itu keduanya miring.

Kalau aku berjalan pada malam hari dari arah barat menuju rumahku, background putih yang lebih besar dan goresan gelap yang kecil di atasnya akan membentuk sebuah kesan seram: semacam kuntilanak yang tersangkut di papan tiang. Serius, goresan gelap sebagai rambut, background putih sebagai baju.

Walau sama-sama menyeramkan, kedua bayangan yang sering kulihat itu bukanlah hantu yang sebenarnya. Mereka adalah semacam bentuk baru yang tercipta karena didukung oleh suasana sekitar. Hal tersebut bisa menjadi contoh bahwa terkadang apa yang kita lihat belum tentu seperti kelihatannya. Bisa dikatakan bahwa itu adalah salah satu bentuk relativitas. Misal, ketika kita membenci seseorang, setiap tindakan atau ucapan yang dia buat selalu terlihat seperti masalah di mata kita. Sebaliknya, ketika kita mencintai seseorang, setiap kesalahan akan bisa dimaafkan. Semua tergantung persepsi.

Begitu juga saat kita mempunyai sebuah masalah. Besar kecilnya masalah itu akan tergantung bagaimana kita memandangnya (dan besarnya hati kita juga sih). Kalau kita lebih sibuk mengeluh dan menunda daripada segera menyelesaikan, masalah akan terlihat besar. Kalau kita tetap kalem dan bersinergi dengan teman kita untuk memikirkan cara mengatasi masalahnya, ibarat kata rumahmu kejatuhan meteor pun akan tetap menjadi masalah kecil. Lagipula kalau memang sudah galau, kita bisa mengembalikan masalah kita ke Allah SWT.

Kalau kita menyingkirkan setiap awan mendung yang ada di depan mata kita saat memandang sesuatu, kebenaran yang lebih tinggi nilainya akan bisa kita dapatkan. Kadang kalau kita mempunyai 10 masalah, delapan diantaranya mungkin kita sendiri yang menciptakan tanpa alasan yang masuk akal. Seperti hantu yang tidak bisa digerakkan.

“Semua orang hidup terikat dan bergantung pada pengetahuan atau persepsinya sendiri, itu disebut kenyataan. Tetapi pengetahuan atau persepsi itu sesuatu yang samar. Bisa saja kenyataan itu hanya ilusi, semua orang hidup dalam asumsi ” (Uchiha Itachi)

Nb: PSH ini juga merupakan masalah. Dan deskripsi bayangan hantu tadi mungkin lucu, tapi kalau kalian coba pulang ke rumahku naik motor sendirian malam-malam memang agak “aneh”, apalagi pas kita sedang paranoid.

0 comments:

Post a Comment