Pulpen Pengusir Vampir

Apr 6, 2013

Kalau kalian pernah menonton film 3 Idiots (2009), kalian tentu ingat adegan dimana Profesor Viru Sahastrabuddhe (Virus) memberikan pulpen astronotnya kepada Rancho. Pulpen yang menjadi simbol kesempurnaan tersebut disimpan oleh Virus selama 30 tahun, menunggu untuk diberikan kepada mahasiswanya yang “layak”. Pada akhirnya Virus memberikan pulpen itu ke Rancho yang telah berhasil mengubah pemikirannya. Nah, kejadian yang mirip terjadi pada hari ini, ketika Daisy Elva, salah satu guru menulisku, memberikan sebuah pulpen kepadaku. Pulpen ini memang bukan pulpen astronot, tetapi sama spesialnya. Desainnnya sederhana dan elegan, dengan warna silver (perak) yang melambangkan keanggunan.

Terlepas dari tujuan Elva memberikan pulpen ini kepadaku, aku membuat fantasi sendiri. Konon, pada jaman dahulu warna perak erat kaitannya dengan vampir atau drakula. Drakula adalah manusia kelelawar immortal penghisap darah yang tidak bisa dibunuh dengan semua senjata, kecuali barang-barang yang terbuat dari perak. Dalam film Abraham Lincoln: Vampire Hunter [2012], Lincoln muda berhasil membunuh banyak vampir dengan kapak yang dilapisi perak. Ketika terjadi perang besar antara manusia dengan vampir, Lincoln dan pasukannya mengumpulkan semua peralatan yang terbuat dari perak, termasuk sendok dan gelas. Semua benda tersebut kemudian dilebur dan dijadikan peluru perak, sehingga mereka bisa menang melawan pasukan vampir.
Seperti kapak Lincoln, pulpen ini juga berwarna perak. Maka dari itu, aku menyebutnya pulpen pengusir vampir. Pulpen ini tidak benar-benar perak, sama halnya dengan vampir yang kusebut tadi, tidak benar-benar vampir. Vampir di sini merupakan sebuah analogi pikiran-pikiran jahat manusia. Pikiran-pikiran yang cuma melihat sesuatu dari satu persepsi yang bisa menimbulkan konflik. Pikiran yang akan menghisap setiap kedamaian yang sebenarnya bisa diciptakan. Pulpen perak ini akan menambah kemungkinan untuk bisa mengalahkan itu semua.

Elva sering memberikan motivasi untuk menulis. Dengan pulpen ini, aku seperti selalu bisa menghadirkan motivasi tersebut. Dengan motivasi itu kemudian aku bisa terus menulis, memerangi vampir. Memerangi pikiran-pikiran jahat yang terakumulasi dalam opini-opini publik. Dengan senjata ditambah teknik menggunakannya yang terus kulatih dan kuciptakan sendiri, insyaallah aku bisa berbuat sesuatu yang lebih. Seperti keberhasilan Lincoln membina pasukannya, aku harap semakin banyak orang yang memiliki irama yang sama denganku. 

0 comments:

Post a Comment