Perlukah Tahu Jumlah Pahala?

Apr 5, 2013

Sore ini aku melaksanakan Sholat Magrib berjama’ah di Masjid Darussalam, masjid kampung sebelah tapi masih sangat dekat bila ditempuh menggunakan sepeda. Rintik hujan yang belum sepenuhnya reda menemani setiap ayunan sepedaku. Pernah dengar, kalau pergi ke masjid dengan jalan kaki, satu langkah kaki kanan dihitung satu pahala dan satu langkah kaki kiri akan menghapus satu dosa. Aku kadang bertanya-tanya, bagaimana kalau kita ke masjid memakai sepeda?

Lagi-lagi aku terlambat, belum wudhu lagi. Selepas wudhu, aku langsung masuk ke dalam masjid. Masih ada ruang di shaf pertama. Mungkin karena agak gerimis, jama’ah tidak seramai biasanya. Beberapa saat setelah menyusul takbiratul ihram, aku merasakan ada langkah kaki mendekat. Sadar di sampingku masih agak longgar untuk diisi satu orang lagi, aku agak geser sedikit. Tidak menyangka, ternyata seorang anak kecil.
Aku sering sekali melihat anak-anak ikut shalat berjama’ah di masjid, tapi tidak pergi sendirian. Anak-anak yang biasanya ramai bercanda di tempat wudhu dan selesai sholat kembali melanjutkan permainan. Konon, ibadah yang dilakukan dan dirasakan bersama-sama memang agak ringan, seperti kita santai melakukan Puasa Romadhon karena orang-orang di sekitar kita juga puasa. Berbeda dengan anak-anak tadi, anak laki-laki kecil ini datang sendirian, sepertinya jalan kaki, di tengah gerimis. Oh, ralat, dia ditemani malaikat.

Dasar bocah, kita mulai sholatnya sama-sama di rokaat ke dua, tapi rupanya dia ikut salam waktu imam selesai sholat. Meski begitu, dia tidak beranjak dari tempatnya sampai aku selesai. Kalau aku tidak salah merasakan, dia sesekali melihat ke arahku waktu aku menyelesaikan satu rokaat terakhir. Entah mengapa ada perasaan tidak sabar ingin segera selesai dan menyalaminya.

Ketika sholat di samping anak-anak, aku biasanya membuat gerakan dzikir dan doa yang lebih “terlihat”, aku ingin mereka mencontohnya. Begitu juga dengan yang tadi, aku melakukan hal yang sama di samping anak tersebut. Selesai doa, seakan mengatakan “Sudah nak, kamu boleh pulang”, aku melanjutkan ke sholat sunnah Ba’diyah Magrib.

Selesai sholat, aku cukup terkejut karena ternyata anak itu juga sholat di belakangku. Entah berapa roka’at yang dia buat, tapi dia selesai begitu aku beranjak pulang. Sebagai tambahan informasi, dilihat dari penampilannya barangkali dia masih kelas satu atau bahkan masih TK.

Malaikat saja mungkin sangsi dia tahu nama sholat jama’ahnya tadi sholat Magrib. Belum sampai ke pelajaran sholat yang benar, tapi sudah pergi ke masjid. Sementara kita orang dewasa yang sudah lama tahu kalau pahala sholat jama’ah itu lebih utama 27 derajat, dengan setiap pembenaran yang kita buat, lebih terima sholat sendirian di rumah.

0 comments:

Post a Comment