Tukang Sampah dan Tukang Bersih

Apr 5, 2013

Orang-orang yang menyapu jalan boulevard kampus atau memungut sampah di sekitar gedung rektorat dan fakultas itu bukanlah tukang sampah. Mereka adalah tukang bersih, karena membuat semuanya bersih. Tukang sampah adalah orang yang membuangnya.

Saya selalu tidak suka dengan orang yang membuang sampah sembarangan. Pernah suatu pagi saat menunggu dosen, saya melihat seorang mahasiswa yang sudah makannya sambil jalan, bungkusnya di lempar begitu saja pula. Saat itu saya berpikir mungkin memang ada beberapa orang di dunia ini yang pantas untuk dilempar dengan kursi, tepat di wajahnya. Kalau memang tidak melihat tempat sampah di sekitar, sampahnya bisa dikantongi dulu.

Melihat orang yang membuang sampah dari jendela mobil juga menyebabkan rasa aneh yang tidak bisa diverbalkan, seharusnya di mobil ada cukup ruang untuk menaruh tempat sampah. Orang semakin sukses seharusnya pikirannya semakin jernih dan lebih bisa menghargai orang lain. Pengendara motor pun sama saja, sering saya temui di jalan mereka melempar sampah ke pinggir jalan, meskipun sampah kecil seperti bungkus rokok. Alasan seperti karena saat mengendarai motor kedua tangan sudah sibuk memegang stang menjadi pembenaran. Seperti yang saya katakan tadi, sampah seharusnya bisa dikantongi dulu.

Idealnya memang setiap orang membawa sampahnya sendiri ke tempat sampah, tanpa meminta bantuan orang lain. Kalau itu dilakukan, tugas tukang bersih akan menjadi lebih ringan. Sulit untuk merasakan hal itu kalau kita tidak berada di posisi mereka. Saya sadar, posisi kita sebagai mahasiswa memang sudah cukup ribet, selain sibuk kuliah dan membuat tugas, mereka juga mempunyai banyak aktivitas lain. Akan mudah berpandangan kalau membuang sampah yang mereka tinggalkan di koridor ruangan atau di dalam kelas tentu merupakan tugas dari tukang bersih.

Yang lebih membuat saya khawatir sebenarnya adalah teman-teman yang terlalu sibuk berusaha menjadi orang yang baik, tapi tidak memperhatikan detail-detail kecil seperti membuang sampah pada tempatnya. Kebersihan itu sebagian dari iman. Mungkin mereka terlalu jauh menafsirkannya dengan kebersihan hati dan mengabaikan arti literalnya. Tetapi menurut saya kalau hatinya bersih, kepekaannya pada lingkungan seharusnya juga tinggi. Kotornya lingkungan tempat kita beraktivitas menunjukkan bahwa kita adalah tukang sampah yang sesungguhnya.

Tanpa orang-orang yang benar-benar peka terhadap hal-hal kecil, dunia tidak akan berubah menjadi lebih baik, tidak akan. Isu penyelamatan lingkungan mungkin baru beberapa dekade terakhir muncul dan dikaji, tapi ada orang-orang seperti tukang bersih yang sudah mempraktekannya jauh sebelumnya. Orang-orang yang bekerja untuk bumi ketika kita yang mengaku berpendidikan mengotorinya. 

1 comment: