Aku Lembut Seperti Minggu Pagi

Aug 20, 2011

Satu hal yang paling menimbulkan masalah dalam menulis adalah bagaimana kita membuat satu kalimat untuk mengawalinya, aku selalu benci saat-saat diam yang aneh saat kita sudah membuka microsoft word tapi belum juga menulis.

Tuan muda sedang tidur, aku ini cuma patronusnya, aku mengambil bentuk sebagai lumba-lumaba. Seperti tuan, aku suka bermain-main, cukup ramah dan cerdas, jadi itulah alasan mengapa aku ini lumba-lumba.

Tuan pasti cukup lelah, setelah semalam tidak tidur karena berada di masjid Azzumar, menghabiskan malam minggu dan sebagian minggu pagi dengan main PES dengan teman-teman badranbaru. Aku tidak mau mengganggunya, dia terlihat manis tidur seperti itu, lembut seperti minggu pagi ini.

Aku berada di sini selalu terjaga untuk melindunginya, aku tahu Tuhan juga selalu melindunginya, aku cuma menemaninya. Biasanya kalau tidak puasa pasti saat ini dia keluar rumah untuk jalan-jalan, atau yg paling aku khawatirkan, dia kadang suka memanjat genteng rumah. Dia selalu ingin menyegarkan matanya, matanya dulu minus 3,25, tapi sekarang sudah turun drastis menjadi 1,25. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa melakukan itu, aku benar-benar ingin tahu, aku tidak melihat dia melakukan usaha yang berarti. Mungkin, cuma menurutku, karena belakangan ini dia sering melepas kacamatanya di kampus. Aku tahu, itu bukan kesengajaan, kacamatanya hilang di mushola FSSR. Sebenarnya aku selalu memperingatkannya agar tidak lupa menaruh sesuatu, tapi sepertinya saat berada di kampus, pikirannya terbelah kemana-mana.

Aku tidak mau dia kesepian, maka aku memilihkan beberapa teman untuknya, termasuk menyarankannya masuk SKI. aku rasa dia tidak pandai memilih teman dan menjaga image, aku yang melakukan semua itu.

Dibanding cuma menjadi patronus, aku lebih seperti sisi jahatnya. Aku sering menanam ide-ide gila ke otaknya. Ide-ide segar yang kadang dia salah mengeksekusinya, benar-benar odong. Suatu saat aku ingin berubah bentuk jadi serigala, terus bermain-main saat yang lain serius berorganisasi rasanya terlalu berlebihan. Aku ingin lebih cepat, pintar, berani, serius, dan tag team yang kuat.

Aku juga tahu, dan juga beberapa teman-temannya, dia sedang menyukai salah satu temannya di kampus, aku tidak mau menyebut namanya, dia secara tolol sudah blak-blakan di depan teman-temannya. Pokoknya dalam pandanganku di gadis yg manis, baik, sederhana, tidak pernah teriak-teriak, cukup beda dengan teman perempuannya yang dulu. Tapi entahlah, dia cuma menyukainya saja, tidak punya keinginan untuk mendekatinya lebih jauh, mungkin dia maunya dia jadi istrinya nanti, tuan memang otaknya benar-benar kegeser.

Tuan bilang dia suka menulis, tapi tulisannya selalu menyeramkan. Bahkan tulisanku saja lebih bagus dari dia, sayangnya aku tidak bisa melakukan ini setiap waktu. Ini aku cuma menunggu tuan bangun, paling-paling nanti jam 9nan,itu kalau pintu kamarnya tidak dijeder-jeder ibu sampai dia bangun.

Tapi bagaimanapun, jam berapapun dia bangun nanti, aku akan menemaninya lagi, aku akan membuat hari-harinya indah bagaimanapun caranya.

0 comments:

Post a Comment