Salah satu orang yang disebutkan akan didoakan oleh para malaikat
adalah orang-orang yang berada di shaf paling depan saat shalat jama’ah. Saya
agak tersindir gimanaaa gitu, karena beberapa
waktu sebelum saya membaca informasi ini, saya secara beruntung berada di shaf
terdepan waktu sholat jama’ah di Masjid Az-Zumar. Saya biasanya hanya makmum
masbuk karena sering sekali kalau mendengar adzan itu baru mandi atau bahkan
masih di depan komputer.
Semakin tertarik akan hal tersebut, saya mencari informasi
tambahan lewat google. Saya kemudian mendapatkan di bawah ini:"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan." (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib)
Jangan ada yang tertawa ya, tapi saya memang baru mengetahui
kalau shaf terdepan itu se-spesial itu, biasanya saya hanya mengira kalau shaf
terdepan itu pahalanya lebih banyak, itu saja. Senang sekali rasanya mengetahui
hal tersebut, perasaan kecewa karena selama ini melewatkan keistimewaan seperti
itu karena lebih sering datang terlambat segera hilang, itu masa lalu.
Saya memang sering membiarkan diri saya menjadi makmum
masbuk ketika datang ke masjid, dengan pembenaran yang menggelikan: sudah bisa pergi
ke masjid untuk sholat jama’ah itu sudah bagus. Dengan pola pikir “hanya sampai
di situ” itulah, saya bahkan kadang baru sampai di masjid ketika sholat jama’ah
sudah selesai. Kalau beruntung, masih ada makmum masbuk lain sehingga saya bisa
menepuk bahunya dengan tanpa dosa dan menjadikan beliau imam.
Padahal masjid di kampung itu tidak seperti masjid kampus,
yang hampir setiap saat ada mahasiswa yang datang dan pergi, mengingat
mobilitas mahasiswa yang tinggi karena perbedaan jam kuliah, ada jam tambahan,
pergi rapat dulu dan lain-lain. Kalau di kampus kita mungkin pergi ke masjid
bersama beberapa teman, sehingga jika masjid sedang sepi pun, salah satu dari
kita bisa menjadi iman. Tapi kalau di kampung, shalat jama’ah selesai ya kadang
kita terpaksa musti sholat sendirian.
Kalau berbicara masalah pencerahan tentang hal ini, saya
baru ingat kalau ternyata sudah sering “ditegur” lewat adik-adik TPA. Biasanya
kalau saya terlambat Sholat Ashar di hari-hari TPA, ada Fansa, Vicky, atau
anak-anak yang lain bilang, “Mas, kamu kok terlambat ki gimana?”. Kalau sudah seperti itu, saya akan menjawab sekenanya,
seperti “Baru pulang dari kampus” atau “Baru bangun”. Saya hanya kurang sadar.
Sekarang dan seterusnya, semoga kita semakin jarang
terlambat datang ke masjid dan semakin sering mendapat shaf pertama.
Pembenaran-pembenaran akan semakin berkurang seiring dengan proses perbaikan
persepsi kita. Dengan begitu, kita kembali membuktikan bahwa pola pikir (dan
iman) itu bisa direvisi dan di-upgrade, hidup mahasiswa!
0 comments:
Post a Comment