Forgivable

May 9, 2011

Memaafkan adalah hal yg sangat sulit dilakukan, kecuali oleh orang-orang yg punya bakat bisa melupakan kesalahan orang lain dengan mudah. Tapi seperti biasa, kecuali itu jumlahnya tak pernah banyak. Pernah aku berpikir mengapa bila kita menyayangi orang lain, sebanyak apapun orang itu melukai perasaan kita, kita masih bisa sabar dan memaafkan kelakuannya. Itu akan membuat dia diremahkan oleh orang yang dia cintai, orang itu akan menjadi sombong dan mengulangi kesalahannya berulang-ulang kali. Tapi kalau seperti itu endingnya pasti bisa ditebak, orang yang suka menyakiti tadi suatu hari akan sadar setelah yang dia sakiti merasa jenuh dan kehilangan perasaannya, dan dia akan berulang kali meminta maaf melalui cara apapun tapi terlambat. Karena saat orang disakiti, dia belajar untuk membenci. Tunggu dulu, kalian tidak berpikir bahwa itu terjadi padaku kan? Aku selalu benci terbawa suasana saat membuat tulisan.

Begini, aku akan berikan sedikit gambaran, aku punya mading di kamarku (yg biasanya ak temple gambar2 kartunku), yang kalau aku sedang marah aku tancapkan paku ke mading itu. Dan bila kemarahanku mereda aku cabut paku itu. Ak melakukannya dengan sukses ( mencabut paku), tapi ak melihat pada mading itu, itu tak akan sama lagi seperti sebelumnya, kalian tahu apa yg berbeda? Benar, bekas tancapan paku. Cuma itu satu2nya hal yang beda, gambar2 kartun di mading itu semua masih sama. Lalu apakah yang penting? What’s the point?. Dengar, kita asumsikan mading itu adalah hati orang lain, dan paku itu adalah kelakuan jahat kita. Kita mungkin bisa meminta maaf berulang kali (sekali lagi, dngan cara apapun). Selesaikah? Belum, masih ada hal yg membekas di hati orang yg kita sakiti. Pasti! Dan semuanya tidak akan sama lagi.

Sebenarnya aku bohong mengenai tulisan di atas, memaafkan tidak mungkin sesulit itu, itu cuma butuh sekian persen dari seluruh perasaan yg kita punya. Mengapa begitu sulit bagi kita untuk saling memaafkan.

Nb: Sebuah tulisan yg dibuat dengan sedikit perasaan yg terbawa.

0 comments:

Post a Comment